Bandar Lampung (Lampost.co) — KlikFilm Production menghadirkan film dokumenter berjudul “Petrus”, yang mengangkat sisi kelam sejarah Indonesia pada era 1980-an. Film itu mengupas serangkaian peristiwa penembakan terhadap preman dalam operasi pemberantasan kejahatan (OPK).
Film itu menggali kesaksian para pelaku sejarah dan korban serta membuka diskusi kritis tentang kebijakan pemerintah di masa itu hingga dampaknya terhadap masyarakat.
Produser Edi Pras mengungkapkan “Petrus” mendorong refleksi mendalam dan pembelajaran dari sejarah yang jarang menjadi pembicaraan.
“Awalnya saya ingin membuat film bertema kekerasan, seperti preman atau gangster. Tapi, akhirnya saya memutuskan mengangkat kejadian besar yang nyata dan berdampak luas, seperti tragedi Petrus,” ujar Edi.
Sutradara Tri Sasongko Hutomo menambahkan film itu berusaha menyajikan fakta secara objektif melalui kesaksian langsung dari orang-orang yang mengalami kejadian tersebut.
“Film ini menuturkan cerita berdasarkan kesaksian tokoh-tokoh yang mengalami langsung OPK. Mulai di Yogyakarta pada 1981 dan menyebar ke kota-kota lain hingga 1983,” kata dia.
Salah satu pengakuan datang dari Tinah, istri mendiang Slamet Gaplek, salah satu korban Petrus. Tinah mengungkapkan rasa duka mendalam atas kehilangan suaminya akibat tragedi tersebut.
“Sampai sekarang saya masih merasa sedih. Suami saya waktu itu kabur ke Surabaya, tapi keberadaannya bocor. Akhirnya dia ditembak di dekat Yogyakarta. Saat membuka peti jenazahnya, saya melihat puluhan lubang peluru di tubuhnya,” kata Tinah dengan nada emosional.
Selain Tinah, film tersebut juga menghadirkan kisah Yudho, sahabat korban lain bernama Wahyu. Kesaksian mereka memberikan gambaran rinci tentang peristiwa sebagai Penembakan Misterius (Petrus).
“Film ini memaparkan langkah demi langkah peristiwa, mulai dari awal, puncaknya, hingga dampak tragedi Petrus. Semua lengkap dengan penuturan dari para tokoh dan masyarakat yang terlibat,” kata sang sutradara.
Film Petrus akan resmi tayang di KlikFilm pada 8 Desember 2024. Tema mendalam dan penuh kontroversi itu bisa membuka mata masyarakat tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Indonesia.