Bandar Lampung (Lampost.co) — Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi membagikan pengalaman mengajar dan mendidik anak dengan cara yang menyenangkan tanpa adanya praktik kekerasan.
Kak Seto, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa semua anak pada dasarnya cerdas. Namun kesalahan dalam memperlakukan dan mendidik kadang kala membuat anak menjadi stres.
Hal itu menurutnya banyak terjadi di lingkungan pendidikan. Anak kerap kali mendapatkan tugas yang banyak dan buku bacaan yang sulit mereka cerna.
Baca Juga:
Kak Seto: Tegakan Tindak Pidana Kekerasan Seksual Anak
“Sudah bukunya seabrek, ditambah masih banyak PR, akhirnya anak jadi teler, stres, dan menimbulkan gangguan,” kata kak Seto saat menjadi narasumber dalam acara Seminar dan Workshop IGTKI-PGRI Inspiring Teacher Provinsi Lampung 2024 di GSG Unila, Rabu, 19 Juni 2024.
Lebih lanjut mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara itu menjelaskan, kehadiran sekolah seharusnya menjadi taman yang indah dan menyenangkan bagi anak, bukan sebaliknya. Dampak yang paling parah yang biasa terjadi menurutnya adalah perilaku bullying.
Kak Seto menyebut, anak yang menjadi korban bullying akan menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan takut. Bahkan dampak terburuknya bisa terjerumus ke minuman keras atau narkoba.
Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan tersebut maka perlu terdapat sekolah ramah anak. Tujuannya untuk menghindari kemungkinan perilaku menyimpang.
Hal ini menurutnya selaras dengan amanat undang-undang Sisdiknas sebagaimana pada pasal 1 ayat 1, yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia.
Maka dari itu menghadirkan pola-pola pengajaran yang menyenangkan bagi anak menurutnya penting. Guru dan orang tua untuk tidak lagi mempraktikan pendidikan yang mengarah kepada kekerasan, meskipun hanya sebatas membentak atau menjewer.
“Pembelajaran pada anak TK itu adalah bermain, itu baik untuk kesehatan mental dan jiwa,” katanya.