Bandar Lampung (Lampost.co) — Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi melakukan peresmian gedung Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung, Kamis, 2 Mei 2024.
Peresmian itu berbarengan dengan diselenggarakannya festival literasi bertajuk “Perpustakaan Bertransformasi, Literasi Maju, Lampung Berjaya”.
Dalam sambutannya, Arinal menyampaikan bahwa kehadiran perpustakaan penting bagi perkembangan sumber daya manusia. Selain menjadi tempat bagi pengembangan minat baca tulis, perpustakaan juga menurutnya bisa dijadikan ruang terbuka bagi masyarakat dalam berkegiatan dan menuangkan kreatifitas.
“Ini sangat penting bagi perkembangan intelektual masyarakat, sebab kemampuan baca, tulis, mendengar, dan berpikir itu adalah basic untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Arinal.
Gubernur juga menyebut, bahwa Presiden Jokowi saat ini tengah menggagas pembangunan dari desa. Lampung saat ini menurutnya memiliki 2.446 desa yang tersebar di 15 kabupaten/kota.
Ia berharap ke depan pemerataan akses literasi di Lampung bisa tersebar sampai ke desa-desa. Sehingga dengan begitu upaya pembangunan sumber daya manusia tidak hanya terfokus di kota.
“Perkembangan intelektual masyarakat bukan hanya sekedar kemampuan membaca menulis, tetapi juga kemampuan memahami, menganalisa, dan mengolah informasi dengan baik, itu juga penting,” katanya.
Budaya Literasi
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung, Riski Sofyan mengatakan, perpustakaan daerah menyasar untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca masyarakat Lampung. Serta meningkatkan budaya literasi agar menjadi masyarakat yang unggul dan berdaya saing.
Untuk itu berbagai upaya pelayanan terbaik menurutnya akan terus ditingkatkan guna menarik minat masyarakat untuk berkunjung.
Tingkat literasi Provinsi Lampung saat ini menurutnya masuk dalam kategori sedang. Riski optimistis bahwa dengan hadirnya perpustakaan daerah menjadi landasan kuat untuk memacu tingkat literasi masyarakat melalui berbagai program kolaborasi. Hasilnya animo masyarakat dari kabupaten/kota pun cukup tinggi.
Riski menyebut pada tahun lalu saja tercatat sekitar 18.000 orang telah berkunjung ke perpustakaan daerah. Dan terakhir sejak dilakukan soft opening pada 2 Januari 2024 lalu, dalam satu bulan jumlah pengunjung bisa mencapai 2.000 orang.
Salah satunya melalui program perpustakaan berbasis inklusi sosial.
“Jadi perpustakaan ini tidak hanya dituntut untuk menyediakan rak-rak buku, tapi lebih ke bagaimana perpustakaan ini menyiapkan ruang-ruang bagi masyarakat untuk meningkatkan keterampilan hidupnya. Sehingga dapat meningkatkan perekonomian,” kata dia.
Selain itu upaya kolaborasi lainnya, kata Riski adalah dengan menggandeng komunitas-komunitas yang memiliki gagasan yang sama dalam hal peningkatan literasi di Provinsi Lampung.
Perpustakaan Daerah Lampung menurutnya akan memfasilitasi komunitas serta organisasi literasi masyarakat untuk berkreatifitas. Yakni dengan menyediakan aula serta sekretariat untuk berkegiatan.
“Karena selama ini ternyata kawan-kawan literasi ini, jika ingin membuat kegiatan mereka harus sewa cafe berbayar,” katanya.