Lampung Utara (Lampost.co) — Coach Sandy Muharam menegaskan bahwa tugas utama seorang guru bukan sekadar mengajar materi. Melainkan menemukan dan mengembangkan talenta terbaik setiap peserta didik.q
Hal itu tersampaikannya saat menjadi pemateri dalam kegiatan Lampung Utara Great Teacher, Selasa, 16 Desember 2025.
Menurut Sandy, setiap anak terlahir dengan potensi dan talenta yang berbeda-beda. Talenta tersebut akan berkembang optimal jika terkenali dan terasah sejak dini oleh guru.
“Setiap anak punya talenta masing-masing. Ketika talentanya berkembang, ia akan terus bertumbuh, seperti pohon yang makin besar dan potensinya keluar. Tapi kalau anak terpaksa tumbuh bukan dengan potensinya, ia bisa mengalami tekanan bahkan depresi,” ujarnya.
Kemudian ia menekankan, guru memiliki peran strategis dalam menemukan potensi terbaik peserta didik. Jika potensi itu tepat, anak akan menjalani proses belajar dengan rasa senang dan tanpa paksaan.
Selanjutnya untuk memperjelas pesannya. Sandy menyampaikan sebuah ilustrasi tentang olimpiade hewan yang mempertandingkan cabang berlari, berenang, memanjat, dan terbang. Pesertanya adalah kelinci, bebek, tupai, dan elang.
“Kalau lomba lari, kelinci yang juara. Lomba berenang, bebek menang. Memanjat, tupai yang unggul. Terbang, elang yang nomor satu,” katanya.
Namun, lanjut Sandy, masalah muncul ketika semua hewan dipaksa mengikuti seluruh cabang lomba. Akibatnya, ada yang teranggap bodoh karena gagal pada bidang yang bukan menjadi keunggulannya.
“Bebek terpingkal-pingkal saat lari, elang terdiskualifikasi saat berenang, tupai paru-parunya basah. Mereka teranggap bodoh, padahal sebenarnya tidak,” ujarnya.
Talent
Selanjutnya ia kemudian mengisahkan munculnya burung hantu yang memberi solusi agar setiap hewan fokus pada cabang sesuai talentanya masing-masing. Dengan cara itu, seluruh peserta bisa menjadi juara pada bidangnya sendiri.
“Kalau kelinci fokus berlari, tupai fokus memanjat, bebek fokus berenang, dan elang fokus terbang. Mereka bisa juara di bidangnya masing-masing” ucap Sandy.
Kemudian Sandy menegaskan, konteks cerita tersebut sangat relevan dengan dunia pendidikan. Guru tidak boleh menyamaratakan kemampuan siswa, melainkan harus menggali potensi unik setiap anak.
“Apakah anak kita jago berenang, memanjat, terbang, atau berlari? Guru harus punya kemampuan mengembangkan potensi itu. Karena tidak ada orang yang suka terpaksa menjadi orang lain,” katanya.
Selanjutnya ia menambahkan, ketika guru berhasil menemukan talenta terbaik siswa. Maka siswa akan menjalani proses belajar dengan nyaman dan hasilnya pun maksimal.
“Bapak Ibu akan melihat mereka enjoy, mudah menjalankannya, dan melakukannya secara excellent. Mereka akan hebat pada bidangnya masing-masing,” ujar Sandy.
Kemudian Sandy menambahkan bahwa setiap orang adalah jenius. Namun akan merasa bodoh jika ternilai dari kemampuan yang bukan menjadi keunggulannya.
“Kalau kita meminta ikan memanjat pohon, selamanya ia akan teranggap bodoh. Ini PR kita bersama sebagai guru, ketika pulang dari ruangan ini. Mampukah kita menemukan potensi terbaik murid-murid kita,” pungkasnya.







