Bandar Lampung (Lampost.co) – Hari Batik Nasional menjadi momentum untuk memperkuat upaya pelestarian dan inovasi. Ini agar warisan budaya dunia dan identitas bangsa itu tetap relevan bagi generasi penerus bangsa.
“Batik merupakan warisan budaya yang hidup. Setiap motif batik adalah cerita leluhur yang perlu kita jaga melalui pelestarian dan inovasi. Agar tetap relevan bagi generasi mendatang.” kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 2 Oktober 2025, dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober.
Kemudian menurut Lestari, tantangan untuk melestarikan batik era globalisasi ini semakin kompleks di tengah dinamika perkembangan teknologi yang pesat.
Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) mencatat, dalam lima tahun terakhir. Setidaknya 15% perajin batik tulis senior di sentra-sentra seperti Lasem, Pekalongan, dan Cirebon telah pensiun tanpa adanya regenerasi yang memadai.
Kemudian maraknya batik printing murah impor yang motifnya meniru batik tradisional, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari. Ini menggerus pasar batik cap dan tulis asli.
Sementara Survei Asosiasi Perajin Batik Yogyakarta (APBY) pada 2023 menunjukkan, 60% dari sampel batik yang terjual pasar-pasar wisata adalah batik printing non-tradisional.
Kemudian Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu berpendapat kondisi tersebut harus segera terantisipasi. Apalagi dengan langkah edukasi yang masif kepada generasi penerus bangsa.
Selanjutnya meningkatkan pemahaman terkait pentingnya pelestarian batik kepada masyarakat, tegas Rerie. Harus berbarengan dengan upaya inovasi dalam pengembangan batik tanah air yang mendorong pemanfaatan kearifan lokal dan industri kreatif di tanah air.
Sehingga, tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, dengan semakin banyak masyarakat yang memakai batik berarti mendukung upaya pelestarian. Sekaligus menggerakkan ekonomi rakyat. Selamat Hari Batik Nasional.
 
			 
    	 
                                










