Bandar Lampung (Lampost.co) — Perkembangan teknologi informasi yang pesat membawa pengaruh cukup besar terhadap minat baca masyarakat di perpustakaan.
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) 2022 Lampung berada pada angka 59,99. Jumlah itu masih di bawah rata-rata nasional 64,48.
Pengamat pendidikan, M Thoha Batin Sampurna Jaya, mengatakan kondisi itu menjadi tantangan sekaligus pekerjaan rumah bagi pemerintah dan masyarakat.
Mantan Wakil Rektor bidang kemahasiswaan Unila itu menyebut perlu ada inovasi dalam tata kelola untuk mengembalikan marwah perpustakaan sebagai taman baca bagi masyarakat.
Sebab, pada era modern, pengelola perpustakaan tidak bisa lagi menerapkan cara-cara konvensional untuk menarik minat baca. Untuk itu, perpustakaan harus didesain menarik.
Caranya dengan mengikuti perkembangan zaman dan menerapkan minat masyarakat luas, terutama kalangan pelajar.
“Sekarang ini orang suka nongkrong, kafe-kafe bertebaran. Jadi enggak ada salahnya perpustakaan menerapkan itu sehingga orang bisa lebih santai, sambil ngopi bisa baca buku di perpustakaan,” ujar Thoha, Minggu, 18 Februari 2024.
Selain itu, digitalisasi dan ketersediaan akses internet belum banyak di perpustakaan, khusus daerah-daerah yang kesulitan akses. Padahal digitalisasi sangat penting untuk akses dan keterjangkauan masyarakat dalam memperoleh bahan bacaan.
“Bahkan kalau bisa perpustakaan itu ada akses link ke beberapa negara dan internasional. Sehingga, jika masyarakat ingin mendapatkan buku dari luar bisa tersedia,” ujarnya.
Menurutnya, minat baca yang minim menjadi tantangan bagi para penulis dan akademisi. Di tengah era keterbukaan informasi, penulis harus memiliki pembaharuan yang atraktif dalam menciptakan karya.
Jika hal itu tidak dilakukan buku yang diterbitkan akan sulit menarik minat pembaca. “Kalau ingin membuat buku, buat yang sangat spesifik, khas, baru, dan berlaku di masyarakat. Kalau enggak, buku tidak ada yang beli,” ujarnya.
Effran