Bandar Lampung (Lampost.co)– Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung Josi Harnos menyebut kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan sekitar mengakibatkan lonjakan kasus demam berdarah atau DBD di Lampung.
“Ini terkait dengan kesadaran masyarakat, karena tidak akan bisa berubah hal apapun kecuali memang kita memahami. Menyadari dan melakukan perubahan budaya hidup. Khususnya korelasinya dengan kebersihan lingkungan,” ujarnya, Senin, 27 Mei 2024.
Josi mengatakan saat ini cuaca sedang masuk musim penghujan dan beberapa wilayah di Lampung sering terendam banjir.
Baca juga: Kasus DBD di Lampung Periode Januari-April 2024 Capai 4.151
Kemudian paska banjir banyak tempat genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
“Mohon maaf Bandar Lampung bahkan di wilayah lainnya sering banjir, paska banjir ada genangan. Di mana genangan air tersebut tempat bertelurnya nyamuk. Untuk itu, perlu kesadaran masyarakat untuk memberikan genangan air yang jadi sarang nyamuk,” terangnya.
Ia menyampaikan, masyarakat harus rajin bergerak dan bergotong royong membersihkan tempat berkembang biaknya nyamuk. Hal itu agar nyamuk tidak bisa berkembang biak.
“Saat musim hujan kita bersihkan lingkungan masing-masing. Tapi masyarakat ini sepertinya pasrah menerima penyakit DBD. Jadi yaitu resikonya yang harus di bayar, sehingga ada korban,” ungkapnya.
Antisipasi Penyebaran DBD
Menurutnya, mengantisipasi penyebaran DBD tidak bisa melibatkan beberapa orang. Karena ini kerjaan besar dan masyarakat juga jangan hanya sekedar ingin tahu. Namun tidak ada aksinya.
“Pengetahuan masyarakat apa hanya sekedar ingin tahu, tidak tapi harus ada aksi dan eksennya. Karena aksi itu tidak akan jalan kalau tidak ada kesadaran masyarakat yang tinggi,” kata dia.
Ia mengungkapkan peran pemerintah mengantisipasi penyakit DBD sudah sering mereka lakukan. Salah satuny menginformasikan tentang 3 M. Bahkan petugas kesehatan di Puskesmas sudah melakukan belusukan ke kampung-kampung.
“Tapi sayangnya bergeraknya banyak masyarakat itu hanya meminta foging, ya itu untuk apa. Sudah terlambat, karena sudah ada korban. Seharusnya sebelum ada korban mereka sudah bergotong royong untuk membersihkan tempat berkembang biaknya nyamuk DBD,” ucapnya.
Selain itu, lanjutnya, masalah banjir akibat kurangnya kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah yang bisa menyumbat tempat aliran air seperti selokan dan drainase.
“Jadi mari kita bersama-sama bergerak dan jangan hanya menyalahkan, karena itu jauh lebih baik,” ujarnya.
Ia menambahkan setiap 4 tahun sekali ada ledakan jumlah penderita DBD yang meningkat secara signifikan dari pada 3 tahun yang sebelumnya.
Tapi karena pola tersebut sudah terbentuk sehingga para petugas kesehatan mengantisipasinya dengan apa saja salah. Satunya memberikan promosi kesehatan dalam bentuk pencegahan.
“Walaupun beberapa tahun ini kami tidak melihat kenaikan korban penderita DBD secara signifikan. Karena datanya yang punya Dinas Kesehatan Provinsi. Paling tidak saya menyimpulkan tidak bisa melakukan satu dua orang petugas kesehatan atau perangkat kelurahan saja, tapi perlu peran masyarakat juga,” tandasnya.