Jakarta (Lampost.co)— Peran museum sebagai rumah belajar sekaligus entitas pelestari warisan sejarah dan budaya harus di tingkatkan demi mewujudkan peradaban bangsa yang lebih baik.
“Sudah saatnya kita membenahi pengelolaan museum di tanah air, dengan dimulai menempatkan museum sebagai rumah pendidikan dan pembelajaran,” kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat.
Menurut Lestari, kondisi dan peran museum saat ini harus di akui masih jauh dari fungsi sesungguhnya. Karena banyak yang menilai museum sekadar sebagai gudang barang kuno.
Baca juga: Liburan Sambil Belajar Sejarah dan Budaya dengan Tiket Murah di Museum Lampung
Melihat kondisi tersebut perlu upaya bersama untuk mengingatkan masyarakat terkait peran pentingnya museum. Dengan demikian, harapannya mampu menjadi bagian dari proses mencerdaskan bangsa dan merawat nilai dan kebudayaan.
Rerie mengakui, saat ini kepedulian terhadap museum sebenarnya sudah mulai tumbuh. Tetapi kepedulian itu belum cukup untuk mewujudkan peran museum sebagai tempat edukasi dan pelestarian budaya.
Sebagai institusi budaya yang didaulat sebagai ruang belajar di era globalisasi menuntut perubahan. Cara pengelolaan yang mampu memberi dampak signifikan dalam bidang pendidikan dan ekonomi.
Namun saat ini, kita masih berhadapan dengan berbagai pekerjaan rumah terkait museum yang tak kunjung terselesaikan.
Antara lain belum jelasnya dasar hukum pengelolaan dan pengembangan, kualitas sumber daya manusia pengelola yang belum memadai, pendanaan museum dalam merawat koleksi. Serta cara branding agar museum diminati masyarakat.
Kualitas SDM
Ia berharap para pemangku kepentingan dan masyarakat dapat bahu membahu mewujudkan museum. Yang mampu berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, sekaligus melestarikan warisan budaya bangsa.
Kepala Museum Pendidikan Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia, Leli Yulifar, mengungkapkan pengalamannya dalam mengelola museum di lingkungan universitas yang sejatinya berfungsi memberi layanan akademik.
Namun, Leli mengkreasikan pengelolaan museum menjadi tempat praktikum bagi para pelajar.
“Kami membangun museum menjadi edutourism dan edutainment sehingga bisa mendapat profit, dengan membuat kreativitas virtual, ” ujarnya.
Untuk mendatangkan pendanaan museum yang dikelolanya, Leli mengungkapkan, pihaknya berupaya mewujudkan kerja sama tripple helix antara pemerintah. Swasta dan masyarakat dalam menciptakan sejumlah program edukasi.
Kepala UP Museum Kebaharian Jakarta, Misari, berpendapat pengelolaan museum bukan semata untuk merawat dan menampilkan benda-benda bersejarah saja. Tetapi juga harus bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam mengelola Museum Bahari, menurut Misari, pihaknya masih banyak memiliki pekerjaan rumah, antara lain terkait perawatan sarana dan prasarana yang ada.
“Mendapat amanah benda cagar budaya memang membanggakan, tetapi ternyata hal itu mengandung konsekuensi biaya yang mahal dalam merawatnya,” ujar Misari.
Ia mengakui, masalah ketersediaan SDM yang memahami pengelolaan museum masih menjadi kendala. Kondisi itu, tambah Misari, di perparah dengan Museum Bahari yang pernah terbakar.