Bandar Lampung (Lampost.co)—Krisis lingkungan dan sosial di Provinsi Lampung terus mengkhawatirkan. Data menunjukkan 68% sumber air warga Kota Metro tercemar tinja akibat kebocoran tangki septik, sedangkan akses sanitasi aman di provinsi ini baru mencapai 2,3%.
Poin Penting:
- Lingkungan kritis di mana 68% sumber air di Metro tercemar tinja, akses sanitasi aman baru 2,3%.
- Terjadi krisis sosial karena ada 120 kasus kekerasan perempuan dan 432 dispensasi kawin sepanjang 2024.
- Sebanyak 35 penggerak lintas iman dan generasi membentuk Tim Kawasan Gaharu Lampung.
Di sisi lain, pada 2024 tercatat 120 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 432 pengajuan dispensasi kawin. Hal itu menandakan rapuhnya fondasi sosial di tingkat keluarga dan komunitas.
Menanggapi kondisi tersebut, 35 penggerak lintas generasi dan lintas iman dari berbagai latar belakang berkumpul dalam Workshop Penggerak Kawasan Gaharu Lampung. Workshop mengambil tema Everyone a Changemaker–Semua Orang Pembaharu, Semua Orang Bisa Menggerakkan Perubahan. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, 31 Oktober hingga 2 November 2025, di Pesantren Payungi, Kota Metro.
Baca juga: Setengah Tahun 2025, Kekerasan Perempuan dan Anak di Lampung Capai 396 Kasus
Tim Kawasan Gaharu Lampung, Iffah Rachmi, mengungkapkan workshop ini mempertemukan aktivis sosial, pendidik, mahasiswa, influencer, jurnalis, serta perwakilan lembaga keagamaan dan komunitas. Kehadiran mereka untuk belajar, berjejaring, dan merumuskan langkah kolektif menjawab tantangan sosial-lingkungan dengan pendekatan nilai lokal dan spiritualitas.
“Lampung sedang menghadapi banyak krisis, tapi juga punya banyak harapan. Perubahan tidak bisa berdiri di atas satu kelompok saja. Setiap orang—tua, muda, perempuan, laki-laki, dari agama apa pun—punya peran untuk saling mendengar, memahami, dan bergerak bersama,” ujar Iffah Rachmi, inisiator YSC Indonesia sekaligus anggota Tim Kawasan Gaharu Lampung, Jumat (31/10/2025).
Menurutnya, inisiatif Kawasan Gaharu hadir untuk menciptakan ruang aman bagi para penggerak sosial agar bisa belajar bersama dan membangun ekosistem pembaharu mulai dari keluarga, sekolah, hingga komunitas.
“Inisiatif ini bertujuan membangun ekosistem pembaharu mulai dari keluarga, sekolah, dan kelompok-kelompok sosial,” ujarnya.
Workshop ini menjadi langkah awal pembentukan Tim Kawasan Gaharu Lampung. Tim tersebut merupakan kolaborasi antara WES Payungi, Jan Ayu Etknik, PGRI Lampung, YSC Indonesia, dan Dongeng Dakocan. Tim mendapat fasilitasi dari Ashoka Indonesia, organisasi global yang telah menjadi pionir kewirausahaan sosial sejak 1981.
Harapannya kegiatan ini mampu melahirkan gerakan sosial berbasis nilai lokal, solidaritas lintas iman, dan spiritualitas untuk memperkuat ketahanan sosial serta menjawab krisis lingkungan di Lampung.








