Jakarta (Lampost.co) : Mahasiswa Trinity College Dublin, Irlandia, dan Universitas Lausanne di Swiss melakukan aksi pendudukan untuk memprotes invasi Israel di Jalur Gaza. Mereka bergabung dengan gelombang demonstrasi yang melanda kampus-kampus di Amerika Serikat (AS).
Di Dublin, mahasiswa membangun perkemahan, Jumat (3/5), yang memaksa pihak kampus Trinity College membatasi akses ke kampus pada Sabtu (4/5). Kemudian, menutup pameran Book of Kells, salah satu tempat wisata utama di Irlandia.
Kamp tersebut berdiri usai serikat mahasiswa terkena denda 214 ribu euro atau Rp3,6 miliar. Kamp atas kerugian karena protes dalam beberapa bulan terakhir.
Para pengunjuk rasa menuntut Trinity memutuskan hubungan akademis dengan Israel dan melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel.
Ketua Serikat Mahasiswa Laszlo Molnarfia mengunggah foto yang menggambarkan bangku-bangku di tumpuk di pintu masuk gedung yang menampung Kitab Kells, sebuah manuskrip bercahaya oleh para biarawan Celtic pada sekitar 800 Masehi.
Trinity College mengatakan pihaknya telah membatasi akses bagi mahasiswa, staf, dan warga untuk memastikan keamanan, dan pameran akan tutup pada Sabtu (4/5).
Warga Tewas
Lebih dari 34.600 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel yang telah berlangsung selama tujuh bulan di Jalur Gaza, kata para pejabat kesehatan di daerah kantong Hamas.
Protes pro-Palestina juga terjadi di universitas-universitas di Australia dan Kanada. Di Lausanne, sekitar 100 mahasiswa menduduki sebuah gedung untuk mendukung tuntutan termasuk kerja sama ilmiah dengan Israel.
“Warga Palestina telah menderita selama lebih dari 200 hari, namun kami tidak didengarkan. Sekarang ada gerakan global yang meminta pemerintah mengambil tindakan, tapi hal itu tidak terjadi. Itu sebabnya kami ingin melibatkan universitas sekarang,” kata seorang pengunjuk rasa kepada televisi Swiss, Sabtu (4/5).
Pihak universitas mengatakan pendudukan dapat berlanjut hingga Senin asalkan tidak mengganggu pekerjaan di kampus.
“Kami, universitas, tidak minta untuk mengambil sikap politik,” kata Rektor universitas tersebut Frederic Herman, kepada radio RTS.
Pekan lalu, Kepala Trinity College Linda Doyle mengatakan pihaknya sedang meninjau investasinya tetapi masing-masing akademisilah yang memutuskan apakah akan bekerja sama dengan institusi Israel.