Jakarta (Lampost.co) — Kuburan massal ketiga ditemukan pada Rabu, 8 Mei 2024 di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Kota Gaza, Palestina. Terdapat beberapa temuan mengerikan dari kuburan yang diduga menjadi bukti kekejaman Israel usai mengepung fasilitas tersebut, termasuk mayat tanpa kepala.
Fakta kali ini memperkuat tuduhan kejahatan perang oleh militer Israel setelah melakukan pengepungan terhadap rumah sakit di wilayah tersebut. Hingga saat ini sudah tujuh kuburan massal di temukan di tiga rumah sakit di Gaza yang berisi sekitar 520 jenazah pria, Wanita, dan anak-anak.
“Sejauh ini sekitar 49 jenazah telah digali dari kuburan massal ini dan upaya masih dilakukan untuk mencari lebih banyak lagi,” kata relawan di media Palestina, Jumat, 10 Mei 2024.
Baca juga: Civitas Universitas Muhammadiyah Gelar Aksi Solidaritas untuk Palestina Serentak Se-Indonesia
Semua kuburan massal yang di Jalur Gaza di ciptakan Israel dalam serangan brutal di daerah kantong tersebut yang telah menewaskan lebih dari 34.800 orang dan 78.400 lain luka-luka sejak 7 Oktober 2023.
Tiga kuburan massal di temukan di Rumah Sakit Al-Shifa, tiga di Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis di selatan, dan satu di dalam Rumah Sakit Kamel Adwan di Gaza utara.
“Setidaknya 520 jenazah telah di gali dari tujuh kuburan massal. Kami mengutuk keras kejahatan genosida dan pembunuhan terus-menerus yang tentara lakukan terharap rakyat Palestina kami. Kami menganggap pemerintah Amerika Serikat, komunitas internasional, dan pendudukan bertanggung jawab penuh atas kuburan massal dan agresi terang-terangan ini,” imbuh pernyataan mereka.
Kengerian
PBB sebelumnya menyerukan penyelidikan setelah kuburan massal pertama di Rumah Sakit Al-Shifa, Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, dan Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara.
Kuburan massal tersebut berisi beberapa orang yang di telanjangi dengan tangan terikat. Ini semakin meningkatkan kekhawatiran mengenai potensi kejahatan perang. PBB menggambarkan mayat-mayat tersebut terkubur jauh di dalam tanah dan tertutup dengan limbah.
Pakar hak asasi manusia PBB mengatakan dalam laporan menyatakan kengerian atas temuan tersebut. Banyak dari mayat yang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan eksekusi mendadak dan kemungkinan ada orang yang di kubur hidup-hidup.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Vedant Patel menyebut laporan kuburan massal sangat meresahkan. Militer Israel mengonfirmasi penemuan kuburan massal tersebut akhir bulan lalu dan menggali tempat itu untuk mencari sandera Israel yang di tahan oleh Hamas.
Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, meminta komunitas internasional untuk campur tangan menghentikan serangan mematikan Israel di wilayah kantong Palestina. “Penemuan kuburan massal baru ialah bukti baru kebrutalan tentara pendudukan kriminal dalam agresi sistematisnya terhadap rakyat kami dan sektor medis,” kata Hamas dalam suatu pernyataan.
“Pendudukan (Israel) berupaya menghancurkan fondasi kehidupan (di Gaza) untuk mencapai rencana pemusnahan dan pengungsian,” imbuh Hamas. Kelompok Palestina itu meminta semua kelompok hak asasi manusia untuk mendokumentasikan kejahatan ini dan mengirimkannya ke Pengadilan Kriminal Internasional dan pengadilan kompeten lain untuk meminta pertanggungjawaban entitas jahat ini dan para pemimpin kriminalnya.
Lebih 7 Bulan
Lebih dari tujuh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur. PBB mendorong 85% penduduk daerah kantong tersebut mengungsi di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan. Israel di tuduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional.
Keputusan sementara pada Januari mengatakan masuk akal bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Pengadilan dunia itu juga memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan tersebut. Juga mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan di berikan kepada warga sipil di Gaza.
Pasukan Israel mengepung rumah sakit tersebut selama berhari-hari awal tahun ini. Mereka mengklaim bahwa militan Hamas berada di dalam rumah sakit tersebut di antara warga sipil. Klaim tersebut tidak dapat di verifikasi secara independen.
Penemuan ini terjadi ketika militer Israel mulai melakukan serangan ke Rafah. Mereka merebut perbatasan antara kota tersebut dan Mesir, pada Selasa (7/5). Pemerintahan Biden sangat mendesak pemerintah Israel untuk tidak pindah ke Rafah, dengan alasan perlu membatasi korban sipil dalam konflik tersebut.
Pakar hak asasi manusia PBB mengatakan perang Israel-Hamas sangat berbahaya bagi perempuan dan anak-anak. Dengan sekitar 14.500 dari hampir 35.000 warga Palestina tewas dalam perang tersebut, anak-anak, dan 9.000 perempuan lain.