Gaza (Lampost.co)—Kelompok Hamas mengatakan faksi-faksi Palestina telah meminta perundingan tidak langsung dengan Israel, tapi melalui mediator. Ini sebagai tahapan untuk melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan.
Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang mendukung proposal gencatan senjata Gaza yang Presiden AS Joe Biden umumkan dengan 14 suara mendukung dan hanya Rusia yang abstain.
Pada 31 Mei 2024, Biden mengatakan Israel telah mengajukan kesepakatan tiga fase yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza. Dan menjamin pembebasan sandera di wilayah pesisir tersebut. Rencana tersebut mencakup gencatan senjata, pertukaran sandera-tahanan, dan rekonstruksi Gaza.
Israel menegaskan mereka tidak akan mengakhiri serangannya di Gaza sampai semua tujuannya tercapai. Termasuk melenyapkan Hamas dan memulihkan sandera di wilayah tersebut. Sementara itu, Hamas mengatakan pihaknya tidak akan menerima rencana tersebut tanpa gencatan senjata permanen.
“Faksi perlawanan pimpinan Hamas dan Jihad Islam telah meminta mediator untuk melakukan negosiasi tidak langsung guna menerapkan resolusi Dewan Keamanan,” Ali Baraka, anggota pimpinan Hamas di luar negeri, melansir dari Anadolu, Rabu (12/6/2024).
Baraka menekankan resolusi tersebut membutuhkan mekanisme praktis dan tindak lanjut.
Dia menekankan kelompok tersebut mendukung setiap perjanjian yang mengarah pada gencatan senjata yang lengkap dan permanen, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dan kesepakatan pertukaran tahanan yang serius.
Terima Tanggapan Hamas
Sementara itu, pada Selasa malam waktu setempat, Mesir dan Qatar menerima tanggapan Hamas dan kelompok Palestina lainnya mengenai proposal gencatan senjata dan pertukaran sandera dukungan Biden.
Israel telah menghadapi kecaman internasional atas serangannya yang terus-menerus terhadap Gaza. Serangan yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir di tengah kekurangan bahan pokok dan pembatasan Israel terhadap pengiriman bantuan.
Hampir 37.200 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak Oktober 2023. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, serta lebih dari 84.800 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu yang memicu perang saat ini.
Banyak pihak menuduh Israel melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan terbaru badan internasional itu memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei 2024.