Jakarta (Lampost.co) : Harapan membesar untuk gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera usai tujuh bulan perang di Gaza antara militan Hamas Palestina dan Israel. Diplomat utama Washington berharap Hamas akan menerima tawaran tersebut. Menurut sekutunya dari Inggris, tawaran itu dapat menyebabkan pembebasan ribuan tahanan Palestina.
“Setelah pertemuan di Kairo, delegasi Hamas meninggalkan Mesir dan kembali ke Qatar. Hal itu untuk membahas gagasan dan proposal dan kami ingin menanggapinya secepat mungkin,” kata sumber Hamas yang dekat dengan pembicaraan tersebut kepada AFP.
Menurut Al-Qahera News, situs badan intelijen Mesir, delegasi Hamas akan kembali dengan tanggapan tertulis terhadap proposal gencatan senjata. Selama berbulan-bulan, para mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat telah mencoba untuk menengahi kesepakatan baru antara para pejuang.
Gencatan senjata selama satu minggu pada November mengakibatkan 80 sandera Israel bertukar dengan 240 warga Palestina yang menjalani penahanan di penjara Israel. Diplomasi dalam beberapa hari terakhir tampaknya memberikan dorongan baru untuk menghentikan pertempuran.
Menurut PBB dan kelompok bantuan kemanusiaan, perang tersebut telah membawa Gaza ke ambang kelaparan. Kemudian, membuat sebagian besar wilayah menjadi puing-puing dan meningkatkan kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.
Sebelumnya, Kelompok Hamas mengatakan akan terus bernegosiasi melalui mediator sampai mencapai gencatan senjata permanen di Jalur Gaza. Mereka memastikan persyaratan dengan pihak Israel tidak final.
Dengan begitu, Hamas memastikan iktikad baik ini akan berbuah manis jika pihak Israel memiliki sikap serupa. Namun Hamas menilai Israel berusaha menghindari negosiasi dari Qatar, Mesir dan Amerika Serikat ini. Israel memasang syarat tinggi dan tidak ada tawaran.
“Gerakan (Hamas) akan terus bernegosiasi melalui mediator persaudaraan kita untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi tuntutan dan kepentingan rakyat kami,” ungkap pernyataan Hamas.