Jakarta (Lampost.co) — Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris berupaya meredakan kemarahan sejumlah warga AS terkait penanganan Washington terhadap perang Israel-Hamas di Jalur Gaza. Upaya ini dilakukan Harris dalam kampanye di Michigan pada Minggu kemarin, dua hari menjelang pemilihan umum presiden.
Pilpres AS 2024 berlangsung sengit dengan lebih banyak negara bagian kunci yang secara efektif relatif imbang antara pemilih Harris dan eks presiden Donald Trump.
Lebih dari 77,6 juta warga AS telah memberikan suara mereka lebih awal. Sekitar setengah dari total surat suara yang di berikan di tahun 2020.
Baca juga: Kamala Harris Imbau Pemilih Pemula Tidak Tertipu Klaim Trump
Dengan waktu yang terus berjalan, Harris, menghabiskan fase akhir kampanye di Michigan yang harus di menangkan. Di mana ia berisiko kehilangan dukungan dari komunitas Arab-Amerika yang berjumlah sekitar 200.000 orang.
Mengutip Medcom.id, Senin, 4 November 2024, selama ini kelompok Arab-Amerika secara vokal mengecam penanganan Washington terhadap perang Gaza sejak Oktober 2023.
“Sebagai presiden, saya akan melakukan segala daya saya untuk mengakhiri perang di Gaza,” tegas Harris. Itu ia sampaikan di awal pidatonya, yang di hadiri beberapa tokoh masyarakat Michigan.
“Saya ingin mengatakan bahwa tahun ini berlangsung sulit. Mengingat skala kematian dan kehancuran di Gaza, mengingat korban sipil dan pengungsian di Lebanon. Ini sangat menghancurkan,” sambungnya.
Di hari yang sama, Harris juga mengimbau para pemilih untuk tidak tertipu klaim tak berdasar Trump. Klaim itu mengenai kecurangan sistem elektoral terhadap dia.
Usai kebaktian di gereja Detroit, Harris menepis karakterisasi Trump tentang pemilihan umum AS. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa komentar eks presiden itu. “di maksudkan untuk mengalihkan perhatian dari fakta bahwa kita memiliki dan mendukung pemilihan umum yang bebas dan adil di negara kita. ” “Sistem yang baik” itu sudah ada pada tahun 2020, kata Harris, dan “ia kalah.”