Gaza (Lampost.co) – Serangan Israel dalam sepekan terakhir membuat Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza, Palestina, tidak berfungsi. Fasilitas medis terbesar di Jalur Gaza itu terdapat sekitar 200 pasien yang masih harus mendapatkan perawatan dengan 20 orang sangat membutuhkan rujukan ke tempat lain.
“Setelah pengepungan selama seminggu disertai penggerebekan Rumah sakit Nasser di Gaza tidak berfungsi lagi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah unggahan di media sosial, mengutip dari Medcom, Senin, 19 Februari 2024.
Tedros menyebut pasukan Israel turut menghalangi hingga dua kali menolak tim WHO yang membawa bahan bakar ke Rumah Sakit Nasser. Padahal, hal itu sebagai upaya untuk mengatasi kondisi pasien dan kebutuhan medis.
Tentara Zionis memfokuskan serangan di Khan Younis, Gaza Selatan selama berminggu-minggu. Pasukan penjajah itu menilai wilayah itu sebagai pusat operasi kelompok pejuang Palestina Hamas.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim pihaknya menangkap lebih dari 100 militan, termasuk 20 orang yang ikut dalam serangan 7 Oktober hingga memicu perang Hamas-Israel. Israel melancarkan serangan ke Rumah Sakit Nasser sebagai upaya mencari sandera tersisa.
BACA JUGA: Lebih dari 3.000 Murid Palestina Tewas dalam Pembantaian Israel
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tentara zionis menangkap 70 personel tenaga medis bahkan beberapa pasien. Sehingga, fasilitas kesehatan itu kini hanya ada empat staf medis.
Penggerebekan brutal itu mengakibatkan 11 pasien meninggal karena hilangnya aliran listrik dan oksigen di rumah sakit. Dia memperingatkan korban jiwa akan menjadi lebih banyak jika pasien yang membutuhkan tindakan kritis tidak mendapatkan perawatan tepat.
“Biaya keterlambatan akan ditanggung nyawa pasien,” ujarnya. (MEDCOM)