Jakarta (Lampost.co)—KBRI Beirut mengimbau warga negara Indonesia (WNI) di Lebanon meninggalkan negara itu. Hal tersebut guna mengantisipasi dampak konflik terbaru antara Israel dan kelompok Hizbullah.
KBRI Beirut dan Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan imbauan itu setelah memonitor dari dekat situasi keamanan di Lebanon. Termasuk kemungkinan terjadinya eskalasi konflik bersenjata.
KBRI Beirut mengimbau seluruh WNI di Lebanon untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian. Serta bersiap dan mengantisipasi apabila terjadi eskalasi konflik.
“Untuk itu, kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon memastikan sudah memproses lapor diri kepada KBRI Beirut. Kemudian mempertimbangkan untuk keluar dari Lebanon sementara waktu secara mandir. Dengan catatan selama layanan penerbangan komersial tersedia,” kata KBRI Beirut dalam imbauan resmi yang rilis Senin (29/7/2027).
KBRI juga mengimbau WNI yang berencana mengunjungi Lebanon untuk menundanya hingga situasi keamanan membaik.
Dengan pertimbangan buruknya kondisi keamanan di Lebanon Selatan. Wilayah-wilayah seperti Saida, Hasbaya, Nabatiyeh, Marjeyoun, Tyre, dan Aitaroun, telah berstatus siaga I sejak Oktober 2023.
“Dalam kaitan ini, kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon Selatan untuk berlindung di safe house KBRI Beirut,” kata KBRI.
KBRI juga mengingatkan seluruh WNI di Lebanon agar menghindari kawasan yang rawan, menyimpan barang dan dokumen berharga di tempat yang aman. Serta terus mencermati dan bersikap waspada atas perkembangan situasi keamanan setempat, antara lain dengan memantau media massa dan sumber informasi resmi otoritas setempat.
Jika sedang bepergian, WNI diharap menjaga barang berharga seperti paspor, dompet, dan ponsel dengan baik.
Bagi WNI yang membutuhkan bantuan, agar dapat segera menghubungi hotline KBRI Beirut melalui telepon maupun WhatsApp pada nomor +961 70817310.
Berdasarkan data lapor diri KBRI Beirut, terdapat 203 WNI yang menetap di Lebanon serta sekitar 1.232 personel TNI yang bertugas di UNIFIL.
Terdapat 14 WNI yang menetap di wilayah Lebanon Selatan dan mereka memutuskan tetap tinggal di rumah masing-masing karena merasa situasi masih relatif aman.