Jakarta (Lampost.co) — Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Lebanon sejak Oktober lalu meningkat menjadi 2.309 orang. Sementara 10.782 orang lainnya terluka.
Pada Senin (14/10) Kementerian Kesehatan setempat mengatakan tiga orang tewas dan 84 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di distrik Nabatieh di Lebanon selatan.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati menyatakan prioritas utama negaranya saat ini ialah Israel segera menghentikan konfrontasi militer.
Baca juga: Israel Serang Tenda Penampungan, 3 Warga Palestina Terbakar dan 40 Lainnya Terluka
“Prioritas pemerintah kami pada tahap ini adalah mengupayakan gencatan senjata, menghentikan agresi Israel, dan melindungi keamanan Lebanon serta keselamatan warga negaranya,” kata Mikati dalam pernyataan pers Kantor Perdana Menteri Lebanon.
Mikati menegaskan kembali komitmen negaranya untuk menerapkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 sekaligus memperkuat kehadiran tentaranya di Lebanon selatan.
Resolusi 1701 diadopsi pada 11 Agustus 2006. Resolusi itu menyerukan penghentian total permusuhan antara Lebanon dan Israel dan pembentukan zona demiliterisasi antara Garis Biru (perbatasan antara Lebanon dan Israel) dan Sungai Litani.
Dalam zona demiliterisasi itu, hanya tentara Lebanon dan pasukan sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) yang mendapat izin untuk memiliki senjata dan peralatan militer.
Belakangan resolusi itu tidak lagi di patuhi, Hizbullah dan Israel malah saling serang. Israel mengeklaim serangan itu di lancarkan sebagai aksi balasan terhadap Hizbullah yang terus-menerus mengirimkan roket ke negaranya.
Adapun Hizbullah menyebut tindakannya menyerang Israel ialah sebagai balasan karena negara Zionis menggempur Hamas di jalur Gaza.
Setelah rapat kabinet pada Jumat (11/10), Mikati menyatakan Hizbullah adalah mitra dalam pemerintahan Lebanon dan telah setuju untuk menerapkan Resolusi 1701.
Dia mengonfirmasi Kementerian Luar Negeri Lebanon telah mengajukan permintaan kepada Dewan Keamanan PBB. Permintaan itu untuk gencatan senjata segera dan penegakan penuh resolusi tersebut
Dalam perkembangan terkait, Mikati menerima panggilan telepon dari utusan AS Amos Hochstein. Hal itu guna membahas upaya untuk mengamankan gencatan senjata dan menghentikan konfrontasi militer dengan Israel.