Kampala (Lampost.co)—Angka kematian akibat insiden sampah longsor di Uganda kembali bertambah menjadi 24 orang hingga Senin (12/8/2024). Tim penyelamat menggunakan ekskavator dan terus mencari sisa korban di Kampala.
Setidaknya empat anak termasuk di antara mereka yang tewas akibat sampah longsor di tempat pembuangan akhir (TPA) Kiteezi, Jumat (9/8/2024) lalu, kata polisi kepada wartawan.
Melansir voanews, Selasa (13/8/2024), hujan deras menjadi pemicu runtuhnya tumpukan sampah di TPA tersebut. Perincian pasti tentang apa yang terjadi tidak jelas, tetapi otoritas kota mengatakan ada “kegagalan struktural pada massa sampah”.
Irene Nakasiita, juru bicara Palang Merah Uganda, mengatakan tidak ada harapan untuk menyelamatkan lebih banyak orang dalam keadaan hidup.
Tidak jelas berapa banyak orang yang hilang di lokasi itu. TPA Kiteezi adalah tempat pembuangan sampah yang luas di daerah lereng bukit miskin yang menerima ratusan truk sampah setiap hari. Otoritas kota telah bermaksud menonaktifkannya sejak menyatakan tempat itu penuh, beberapa tahun lalu.
Ini juga semacam tanah tidak bertuan di kota berpenduduk 3 juta orang, menarik bagi wanita dan anak-anak yang mencari sampah plastik yang ingin mereka jual. Yang lain telah membangun rumah permanen di dekatnya.
Presiden Uganda, Yoweri Museveni, memerintahkan penyelidikan atas bencana tersebut. Dia juga menanyakan dalam serangkaian posting di platform sosial X, yang sebelumnya bernama Twitter, mengapa orang-orang tinggal di dekat tumpukan sampah yang tidak stabil.
“Siapa yang mengizinkan orang tinggal di dekat tumpukan sampah yang berpotensi membahayakan seperti itu?” kata Museveni. Dia menambahkan limbah cair dari lokasi tersebut cukup berbahaya sehingga orang tidak boleh tinggal di sana.