Tel Aviv (Lampost.co)— Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah membubarkan kabinet perang yang beranggotakan enam orang. Langkah ini sudah jadi perkiraan secara luas menyusul kepergian mantan jenderal berhaluan tengah, Benny Gantz, dari pemerintahan.
Netanyahu kini akan mengadakan konsultasi mengenai perang Gaza dengan sekelompok kecil menteri. Termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer yang pernah berada di kabinet perang.
Pengumuman langkah tersebut berlangsung ketika utusan khusus Amerika Serikat (AS), Amos Hochstein, mengunjungi Jerusalem. Kunjungan itu merupakan upaya menenangkan situasi di perbatasan yang menjadi sengketa dengan Lebanon. Israel mengatakan ketegangan dengan milisi Hizbullah dukungan Iran membuat wilayah tersebut makin dekat dengan konflik yang lebih luas.
Militer Israel mengatakan telah membunuh seorang agen senior Hizbullah di daerah Selaa, Lebanon Selatan.
Militer juga mengatakan operasinya terus berlanjut di bagian selatan Jalur Gaza, tempat pasukannya memerangi pejuang Hamas di wilayah Tel Sultan di Rafah Barat. Serta di wilayah tengah wilayah kantong tersebut.
Kunjungan Hochstein terjadi setelah berminggu-minggu meningkatnya baku tembak di perbatasan antara Israel dan Lebanon. Pasukan Israel selama berbulan-bulan terlibat dalam konflik sengit dengan Hizbullah yang terus berlanjut seiring dengan perang di Gaza.
Puluhan ribu orang telah mengevakuasi diri dari rumah mereka di kedua sisi Jalur Biru yang memisahkan kedua negara. Mereka meninggalkan daerah-daerah yang sangat sepi berupa desa-desa dan lahan pertanian yang mengalami pengeboman hampir setiap hari.
“Keadaan saat ini bukanlah kenyataan yang berkelanjutan,” kata juru bicara pemerintah David Mencer dalam sebuah pengarahan, lansir AFP, Selasa (18/6/2024).
Netanyahu telah menghadapi tuntutan dari mitra nasionalis-agama dalam koalisinya, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, agar masuk kabinet perang. Tindakan seperti itu akan meningkatkan ketegangan dengan mitra internasional, termasuk Amerika Serikat.
Forum tersebut terbentuk setelah Gantz bergabung dengan Netanyahu dalam pemerintahan persatuan nasional pada awal perang Gaza pada Oktober 2023. Mitra politik Gantz, Gadi Eisenkot, dan Aryeh Deri, ketua partai keagamaan Shas, juga hadir sebagai pengamat.
Gantz dan Eisenkot keduanya meninggalkan pemerintahan pekan lalu, karena apa yang mereka katakan sebagai kegagalan Netanyahu dalam menyusun strategi perang Gaza.
Protes Meluas
Kesepakatan menghentikan pertempuran di Gaza tampaknya masih jauh, lebih dari delapan bulan sejak serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel oleh pejuang Hamas yang memicu serangan militer Israel di daerah kantong Palestina.
Serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel. Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina, menurut angka Kementerian Kesehatan Palestina, dan menghancurkan sebagian besar Gaza.
Meskipun jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Israel mendukung tujuan pemerintah menghancurkan Hamas, terdapat protes luas yang menyerang pemerintah. Sebab, pemerintah tidak bisa memulangkan sekitar 120 sandera yang masih ada di Gaza dan menentang cara Netanyahu menangani perang tersebut.
Para pengunjuk rasa yang menyerukan pemilu baru bentrok dengan polisi di Jerusalem kemarin. Menjelang matahari terbenam, ribuan orang berkumpul di luar Knesset, parlemen Israel, sebelum berbaris menuju rumah pribadi Netanyahu.
Beberapa pengunjuk rasa mencoba menerobos penghalang buatan polisi, namun berhasil dipukul mundur. Pada suatu saat, api unggun dinyalakan di jalan dan polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstrasi.
Perbatasan utara relatif sepi pada Senin (17/6/2024), hari kedua perayaan Iduladha, dibandingkan hari-hari sebelumnya, ketika tembakan roket memicu kebakaran hutan yang meluas dalam kondisi gelombang panas.
Sebuah survei Jewish People Policy Institute, lembaga pemikir yang berbasis di Jerusalem, menemukan 36% responden mendukung serangan segera terhadap Hizbullah, naik dari 26% pada bulan sebelumnya.
Pesawat dan artileri Israel telah menggempur Lebanon Selatan dan pekan lalu menewaskan seorang komandan senior Hizbullah dalam serangan terhadap pusat komando dan kendali yang memicu peningkatan serangan lebih lanjut.
Selain serangan rudal dan roket antitank, terdapat peningkatan tajam dalam serangan pesawat tak berawak yang menunjukkan kekuatan persenjataan yang Hizbullah bangun sejak konflik besar terakhir antara kedua belah pihak pada 2006.