Vatikan (lampost.co)–Dokter Vatikan, Andrea Arcangeli, mengonfirmasi bahwa Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik dunia, meninggal dunia pada Senin pagi, 21 April 2025 waktu Vatikan dalam usia 88 tahun. Paus yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio tutup usia karena kesehatannya terus menurun selama beberapa bulan terakhir.
Berdasarkan sertifikat kematian yang dirilis oleh Vatikan pada Senin malam waktu setempat, Paus Fransiskus meninggal akibat serangan stroke yang terjadi secara mendadak. Stroke tersebut menyebabkan Paus Fransiskus mengalami koma hingga gagal jantung yang “tidak dapat pulih.”
Pesan Terakhir
Vatikan merilis surat wasiatnya pada Senin malam, Paus Fransiskus menuliskan pesan terakhir yang sangat menyentuh. “Ketika aku merasakan senja kehidupan duniawiku semakin mendekat, dan dengan harapan teguh akan kehidupan kekal, aku ingin menyampaikan wasiat terakhirku–khususnya mengenai tempat peristirahatan terakhirku.”
Paus Fransiskus ingin jenazahnya beristirahat di Basilika Kepausan Santa Maria Maggiore di Roma, tempat yang selalu ia kunjungi untuk berdoa.
Ia ingin makam sederhana, tanpa ornamen khusus, dengan tulisan “Franciscus” saja. Seorang dermawan akan menanggung biaya makam .
Rasa Syukur
Dalam wasiatnya, Paus Fransiskus juga menyampaikan rasa syukur dan harapan agar penderitaan saat akhir hidupnya dapat membawa perdamaian dunia dan persaudaraan antar umat manusia. Ia menulis wasiat itu pada 29 Juni 2022 di Santa Marta, Vatikan.
Paus Fransiskus meninggalkan pesan mendalam bagi umat Katolik dan seluruh dunia dengan surat wasiatnya yang menyentuh hati. Kehendaknya untuk tempat peristirahatan terakhir mencerminkan pengabdiannya yang tulus sepanjang hidupnya sebagai pemimpin gereja.
Isi Lengkap Wasiat
Dalam Nama Tritunggal Mahakudus. Amin
Ketika aku merasakan senja kehidupan duniawiku semakin mendekat, dan dengan harapan teguh akan kehidupan kekal, aku ingin menyampaikan wasiat terakhirku–khususnya mengenai tempat peristirahatan terakhirku.
Sepanjang hidupku, dan selama pelayananku sebagai imam dan uskup, aku selalu menyerahkan diriku kepada Bunda Tuhan kita, Santa Perawan Maria yang Terberkati. Karena itu, aku memohon agar jenazahku beristirahat–sambil menanti Hari Kebangkitan–di Basilika Kepausan Santa Maria Maggiore.
Aku ingin perjalanan akhirku di dunia ini berakhir di tempat suci Maria yang kuno ini, tempat di mana aku selalu berhenti untuk berdoa setiap kali memulai dan mengakhiri Perjalanan Apostolik, dengan penuh keyakinan menyerahkan niat-niatku kepada Bunda Tak Bernoda, dan mengucap syukur atas kasih sayangnya yang lembut dan keibuannya yang penuh perhatian.
Aku memohon agar makamku dipersiapkan di relung pemakaman yang terletak di lorong samping, antara Kapel Paulus (Kapel Salus Populi Romani) dan Kapel Sforza dalam Basilika ini, sesuai dengan rencana yang terlampir.
Makam tersebut hendaknya berada di tanah; sederhana, tanpa ornamen khusus, hanya memuat tulisan: Franciscus.
Biaya persiapan makam akan ditanggung oleh seorang dermawan, yang telah aku atur agar dananya disalurkan ke Basilika Kepausan Santa Maria Maggiore. Aku telah memberikan instruksi yang diperlukan terkait hal ini kepada Kardinal Rolandas Makrickas, Komisaris Luar Biasa Basilika Liberia.
Semoga Tuhan menganugerahkan balasan yang layak bagi semua yang telah mengasihiku dan yang terus mendoakanku. Segala penderitaan yang mewarnai bagian akhir hidupku ini, aku persembahkan kepada Tuhan–demi perdamaian dunia dan persaudaraan antarmanusia.
Santa Marta, 29 Juni 2022.