Tel Aviv (Lampost.co)—Israel terus membombardir Gaza, Kamis (8/9/2024). Serangan terhadap dua sekolah menewaskan lebih dari 18 orang.
Iran menuduh Israel hanya ingin menyebarkan perang di Timur Tengah.
Pemerintah Barat menekankan upaya untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut. Situasi memuncak setelah terbunuhnya dua pemimpin militan dalam serangan dengan Israel menjadi tertuduh sebagai dalangnya. Aksi itu mendapat balasan para militan dan pendukung Iran mereka.
Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel menghantam dua sekolah di Kota Gaza, menewaskan lebih dari 18 warga Palestina. Militer Israel mengatakan serangan itu menghantam pusat komando Hamas.
“Pendudukan Israel menewaskan lebih dari 18 warga dalam serangan terhadap dua sekolah,” kata pejabat senior badan tersebut, Mohammad al-Mughayyir, kepada AFP. Laporan itu mengacu pada sekolah Al-Zahra dan Abdel Fattah Hamoud di Kota Gaza.
Mughayyir mengatakan 60 orang juga terluka dan lebih dari 40 orang masih hilang.
“Ini jelas menargetkan sekolah dan fasilitas sipil yang aman di Jalur Gaza,” katanya, kutip Channel News Asia, Jumat (9/8/2024).
Militer Israel mengatakan sekolah-sekolah tersebut menjadi tempat pusat komando Hamas.
Setidaknya 13 orang tewas di tempat lain di Gaza. Tim penyelamat dan petugas medis melaporkan saat militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi terbarunya, untuk beberapa bagian kota utama di selatan Khan Younis.
‘Kesalahan Strategis’
Penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri, mengatakan Israel telah melakukan “kesalahan strategis” dengan membunuh pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pekan lalu. Pembunuhan Haniyeh hanya beberapa jam setelah pembunuhan kepala militer Hizbullah di Beirut.
Meskipun Israel belum mengakui pembunuhan Haniyeh, Iran dan sekutunya telah bersumpah untuk membalas. Hal itu membuat wilayah tersebut gelisah saat perang Gaza berkecamuk memasuki bulan ke-11.
“Israel berusaha memperluas ketegangan, perang, dan konflik ke negara-negara lain, tetapi tidak memiliki kapasitas maupun kekuatan untuk melawan Iran,” kata Bagheri.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berbicara di sebuah pangkalan militer pada Rabu (7/8/2024), mengatakan Israel siap secara defensif dan ofensif. Ia menegaskan negaranya bertekad mempertahankan diri.