Vatikan (lampost.co)–Dunia Katolik kini memasuki masa sede vacante, sekaligus menandai mulainya proses konklaf yakni pemilihan Paus baru yang telah menjadi tradisi berabad-abad.
Aspek paling ikonik dari konklaf adalah tradisi asap dari cerobong Kapel Sistina, yang menjadi penanda hasil pemungutan suara para kardinal.
Sekitar 120 kardinal berusia di bawah 80 tahun berkumpul di Kapel Sistina memulai konklaf, yaitu sidang tertutup untuk memilih Paus baru. Pemilihan sangat ketat, menghitung suara para kardinal hingga tercapai dua per tiga suara mayoritas. Konklaf ini biasanya berlangsung antara dua hingga tiga pekan setelah pemakaman Paus, hingga seorang kandidat meraih mayoritas suara. Proses ini dapat berlangsung selama beberapa hari, bahkan berminggu-minggu.
🔥 Tradisi Asap dalam Pemilihan Paus
Setiap kali pemungutan suara selesai, kardinal akan membakar surat suara yang telah ditulis. Jika belum ada kandidat yang meraih dua per tiga suara mayoritas, pembakaran hasil suara dan menghasilkan asap hitam (fumata nera). Itu menandai bahwa belum ada keputusan.
Sebaliknya, jika seorang kardinal terpilih sebagai Paus baru, asap putih (fumata bianca) mengepul dari cerobong, menjadi tanda bahwa Paus baru telah terpilih.
🕊️ Pengumuman Paus Baru
Setelah terpilihnya Paus baru, pengumuman resmi dengan menyampaikan frasa “Habemus Papam” (Kita memiliki Paus). Kemudian, Paus baru akan muncul di balkon utama Basilika Santo Petrus untuk memberikan berkat pertama kepada umat Katolik di seluruh dunia.
Tradisi ini simbol dari proses pemilihan demokratis dalam Gereja Katolik. Inilah momen mulainya kepemimpinan baru yang akan memandu dalam iman dan kehidupan rohani.