Caracas (Lampost.co)—Gelombang unjuk rasa terjadi di ibu kota Venezuela sepanjang Senin (29/7/2024) kemarin memprotes kemenangan Presiden Nicolas Maduro dalam pemilu di akhir pekan.
Pihak oposisi dan banyak pihak di komunitas global mempertanyakan hasil pemilu terbaru di Venezuela yang mereka nilai penuh kecurangan.
Mengutip France 24, Selasa (30/7/2024), ratusan orang turun ke jalan-jalan Caracas sambil meneriakkan: “Kebebasan, kebebasan!” dan “Pemerintah ini akan jatuh!”
Beberapa orang terlihat merobek sejumlah poster kampanye Maduro dari tiang-tiang jalan dan membakarnya.
Maduro (61) menghadiri sebuah pertemuan pada hari Senin di mana Dewan Pemilihan Nasional (CNE) mengesahkan kemenangannya menuju masa jabatan ketiga selama enam tahun dari 2025 hingga 2031.
Pada acara tersebut, Maduro menepis kritik dan keraguan internasional tentang hasilnya. Dia mengeklaim Venezuela adalah target dari upaya “kudeta” yang bersifat “fasis dan kontra-revolusioner”.
Jaksa Agung Venezuela, Tarek William Saab, sempat mengaitkan pemimpin oposisi Maria Corina Machado dengan dugaan “serangan” peretasan untuk “mengotori” hasil pemilu.
Pemilu Venezuela berlangsung Minggu (28/7/2024) kemarin di tengah kekhawatiran adanya penipuan dan kampanye dengan intimidasi politik.
Kecurangan Rezim Maduro
Para lembaga survei telah memperkirakan kemenangan gemilang bagi oposisi, meski lembaga-lembaga yang setia kepada rezim melarang Machado berpartisipasi.
Pada Senin dini hari, CNE mengatakan Maduro telah meraih 51,2 persen suara berbanding 44,2 persen milik proksi Machado, Edmundo Gonzalez Urrutia.
Pihak oposisi meneriakkan adanya kecurangan rezim, dengan mengatakan oposisi sebenarnya telah meraup setidaknya dua pertiga suara dari total pemilih terdaftar.
“Tertekan. Kecewa. Terhina,” ujar Giovanni Inglese, seorang pria berusia 65 tahun kepada AFP. Dia yakin hasil pemilu ini telah “dimanipulasi”.
“Memalukan karena penjahatlah yang menang di negara ini,” ujarnya.
Hasil pemilu Venezuela memicu kekhawatiran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan beberapa negara di Amerika Latin, meski banyak sekutu Venezuela yang telah memberi selamat kepada Maduro.