Jakarta (Lampost.co) — Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini berjanji untuk melanjutkan kegiatan di Gaza hingga badan tersebut tidak lagi bisa beroperasi. Itu ia sampaikan menyusul keputusan Knesset Israel baru-baru ini untuk melarang operasional UNRWA.
Dia berjanji akan menyediakan dan mengirimkan bantuan bagi mereka yang membutuhkan, “Hingga kami dipaksa untuk berhenti.”
Lazzarini menekankan kepada wartawan di markas besar PBB di New York, bahwa situasi di Jalur Gaza semakin mengerikan. Ia menyebutnya sebagai pengalaman paling kelam dalam sejarah PBB selama 75 tahun.
Baca juga: Larangan Israel Terhadap UNRWA Dinilai Sebagai Upaya Hapus Palestina
Dia mencatat bahwa staf UNRWA telah menjadi sasaran Israel terus menerus. Akibatnya 243 staf terbunuh di wilayah badan itu hingga hari ini.
Lazzarini juga menyoroti kampanye disinformasi mengenai UNRWA yang intensif dan agresif. Hingga lahir UU terbaru Israel yang melarang operasional badan itu, mulai Januari yang akan menambah buruk situasi.
Selain itu, dia merasakan kecemasan di antara para staf di lapangan. Terutama Tepi Barat dan Gaza, yang berisiko tinggi kehilangan nyawa. “Sayangnya, saya khawatir hal yang jauh lebih buruk akan terjadi. Jika kita memiliki lingkungan yang menyebar luas seperti ini,” tambah Lazzarini.
“UNRWA adalah target yang lebih mudah bagi siapa pun yang memandang keberadaan atau aktivitasnya sebagai ancaman,” katanya. “Tujuan untuk melemahkan UNRWA bermotif politik.”
“Tujuan tersebut adalah untuk mencabut status pengungsi Palestina dan mengubah parameter solusi politik secara sepihak,” katanya.
Lemahkan Aspirasi Palestina
Ia menambahkan bahwa motivasi politik juga bertujuan melemahkan aspirasi Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan solusi dua negara.
Lazzarini menggambarkan serangan kepada UNRWA sama dengan menyerang PBB, Majelis Umum, dan Dewan Keamanan. Ia menyebut serangan itu semakin melemahkan tatanan berbasis aturan yang kita warisi setelah Perang Dunia II.
Menanggapi pertanyaan Anadolu mengenai jumlah korban tewas di Gaza dan pandangannya mengenai situasi tersebut jika dia bukan pejabat PBB, Lazzarini mengatakan, “Ini perang dengan segala bentuk kebrutalan.”
Ia mengatakan wartawan, petugas kesehatan, dan personel PBB telah terbunuh pada tingkat yang belum pernah terjadi. Ia mencatat bahwa skala kehancuran tentu lebih tinggi daripada angka yang dilaporkan.
Lazzarini menunjuk pada kematian yang disebabkan oleh kondisi hidup yang tidak manusiawi. Ia menyoroti bahwa anak-anak hidup di tengah sampah dan limbah.
Ia mengatakan bahwa hampir setiap kata telah di gunakan untuk menggambarkan situasi di Gaza. “Kadang-kadang saya kehilangan kata-kata atau tak mampu berkata-kata.”
Ia mencatat bahwa bahkan menggunakan kata pembantaian mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan keparahannya. “Sungguh tidak dapat di percaya penderitaan yang ditimpakan kepada masyarakat ini.”
Lazzarini mengatakan bahwa beberapa orang di Gaza mengharapkan kematian. “Kami mendengar di awal perang, istilah manusia hewan. Itulah yang mulai di rasakan orang-orang. Mereka kehilangan segalanya dan mereka merasa telah kehilangan martabatnya juga.”