Jakarta (Lampost.co) — Kesehatan mental menjadi salah satu pembahasan yang penting untuk kita ketahui. Tak sedikit dari kita yang masih sulit membedakan gangguan bipolar dan skizofrenia. Ini perbedaannya!
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 9,8 persen pada 2021 dengan angka depresi 6,6 persen. Untuk itu, angka ini tak bisa kita anggap enteng dan perlu segera penanganan.
Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ, SubSp A.R. (K), MIMH selaku Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI-RSCM mengatakan, gangguan bipolar (GB) dan skizofrenia sekilas memiliki gejala yang hampir sama. Namun sebetulnya keduanya sangatlah berbeda. Penyakit ini sebenarnya banyak dimulai menyerang anak-anak hingga remaja.
Baca Juga:
Ini 5 Cara Efektif Prioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja
“Tantangan kesehatan mental ini dulunya dianggap hanya menyerang orang dewasa. Tapi kini juga memengaruhi anak-anak dan remaja dengan tingkat yang mengkhawatirkan,” kata Prof. Tjhin saat konferensi pers ‘Compliance and Care, a roar to recovery for individual with Bipolar and Schizophernia’ di Jakarta, Rabu, 14 Mei 2025.
Skizofrenia dan gangguan bipolar adalah salah dua dari tantangan kesehatan mental yang perlu kita tekan. Sebelumnya, orang-orang perlu mengetahui perbedaan antara gangguan bipolar dan skizofrenia.
Bagi pengidap skizofrenia, biasanya mereka sulit membedakan antara ilusi dan kenyataan. Mereka sering kesulitan untuk mengendalikan emosi serta perasaannya dalam kondisi tertentu.
“Penderita skizofrenia mengaku sering mendengar suara-suara aneh dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak nyata,” kata Prof. Tjhin.
Faktor Risiko
Faktor risiko dari skzofrenia sendiri adalah genetik, perinatal atau komplikasi sejak lahir, lingkungan, dan neurodevelopmental atau kelainan struktur otak. Adapun beberapa gejalanya seperti gejala positif (halusinasi, delusi) dan gejala negatif (kurang motivasi dan cenderung datar). Kemudian disorganisasi (bicara tidak koheren dan perilaku tidak sesuai konteks).
Jika berbicara bipolar disorder atau gangguan bipolar merujuk kepada kondisi kejiwaan yang membuat pengidapnya sering mengalami perubahan mood yang ekstrem. Saat ini terjadi, perasaan mereka bisa cepat sekali berubah hanya dalam hitungan menit.
Beberapa gejala gangguan bipolar biasanya kita kenal dalam berbagai episode. Mulai dari episode mania atau suasana emosi mudah marah. Episode depresi atau suasana sedih mendalam dan keinginan bunuh diri, hiperaktif, sangat bahagia, dan penuh energi.
Gangguan bipolar dapat terjadi karena beberapa faktor risiko. Faktor tersebut mulai dari genetik, lingkungan, neurobiologis, dan psikososial. Diagnosis dan intervensi dini sangat penting untuk meningkatkan hasil pengobatan.
Meskipun ada berbagai faktor risiko, tetapi Prof. Tjhin menekankan tidak ada alasan penyebab tunggal mengapa gangguan bipolar dan skizofrenia dapat terjadi. Jadi, masyarakat sebaiknya tidak mendiagnosis secara mandiri.
“Sampai saat ini tidak ada faktor tunggal yang ngeklaim penyebab skizofernia atau bipolar,” jelas dr. Tjhin.