Kudus (Lampost.co)– Kesenjangan upaya pencegahan dan pengobatan kanker untuk menyelamatkan kehidupan perempuan harus segera diatasi dalam rangka pemberdayaan para Ibu Bangsa yang melahirkan generasi penerus tangguh di masa depan.
“Sejatinya perempuan itu adalah tiang negara. Dari perempuan yang sehat dan tangguh keluarga sejahtera dapat diwujudkan. Untuk itu kesenjangan akses kesehatan bagi perempuan harus segera diatasi,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam acara Temu Perempuan bertema Perempuan Sehat, Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera, Indonesia Jaya dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia di Hotel Griptha Kudus, Jawa Tengah, Selasa, 6 Februari 2024.
Hadir pada acara tersebut Okky Asokawati (Psikolog, founder OkkyWalla Modelling) dan dr. Christina Maria (Ahli Kesehatan AMAN Health) sebagai narasumber talkshow.
Selain itu hadir pula Salina Nordin (Founder dan CEO PT. Dompet Aman Indonesia), Chief CSR Officer Media Group Lisa Luhur Schad dan sejumlah komunitas penyintas kanker dari Pantura Cancer Community (Pancacom), Oncology Kensaras Community (OKC), anggota DPRD Kudus dan masyarakat Kudus.
Pada kesempatan itu juga dilakukan pelatihan tutorial hijab cantik oleh fashion stylist dari Izzati Zahra dan sosialisasi metode deteksi dini kanker payudara SADARI (periksa payudara sendiri), hiburan musik hingga bagi-bagi doorprize yang menambah kemeriahan acara Temu Perempuan dalam rangka Memperingati Hari Kanker Sedunia 2024.
Menurut Lestari, kualitas kesehatan perempuan patut mendapatkan perhatian menyeluruh karena perempuan memiliki tugas sebagai ibu, pendidik dan pendamping tumbuh kembang setiap anak yang dilahirkan.
Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat, penyakit kanker salah satu momok kehidupan yang berdampak pada kesehatan dan daya kreasi perempuan.
Menurut Rerie, untuk menyelamatkan para Ibu dan anak perempuan dari ancaman kanker, peningkatan pemahaman dan kesadaran akan bahaya kanker payudara maupun kanker lainnya merupakan keharusan.
Karena itu, jelas Rerie, melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai upaya untuk mendeteksi sejak dini harus dipahami masyarakat untuk menekan risiko terkena kanker.
Sejumlah upaya, diakui Rerie yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, sudah dilakukan pemerintah terkait penanggulangan kanker di Tanah Air.
Antara lain, tambahnya, meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim (2023-2030). Gerakan pemerintah itu, merupakan bagian dari upaya mencapai visi Indonesia bebas kanker pada 2030.
“Bila tidak melakukan apa-apa dengan waktu yang tinggal 6 tahun ini, sulit untuk merealisasikan bebas kanker di Tanah Air. Mari bersama-sama kita masyarakatkan deteksi dini kanker payudara melalui SADARI dan segera dimulai dari diri kita sendiri,” ujar Rerie.
Pada kesempatan talkshow, dr Christina Maria (Ahli Kesehatan AMAN Health) mengungkapkan bahwa tren kanker payudara menunjukkan peningkatan, setidaknya pada 2022 tercatat 67.000 kasus baru.
Christina menyarankan agar pada rentang usia 20 tahun ke atas perempuan harus melakukan deteksi dini, bisa dimulai dengan metode SADARI.
Menurut dia, manusia akan berisiko 20%-30% lebih besar terkena kanker, bila ada keluarga yang terkena satu level keturunan di atasnya.
Okky Asokawati (Psikolog, founder OkkyWalla Modelling) berpendapat, sebagai perempuan Indonesia bila terkena kanker payudara tidak saja menderita karena penyakitnya, tetapi juga berpotensi terkena krisis identitas karena merasa tidak sempurna. Sehingga, jelas Okky, perempuan penderita kanker perlu dukungan motivasi dari lingkungan sekitarnya.
Pada kesempatan itu juga dibahas sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat terkait kesehatan payudara dan dr Christina mencoba untuk meluruskannya. Dia berharap masyarakat dapat lebih memahami pentingnya kesehatan payudara berdasarkan informasi yang benar.
Adi Sunaryo