Bandar Lampung (Lampost.co)– Mahasiswa Unila yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) berhasil mengembangkan media pembelajaran melalui teknologi modern berbasis Augmented Reality.
Augmented Reality merupakan salah satu teknologi yang dapat menghubungkan objek maya dua dimensi atau tiga dimensi dalam ruang lingkup yang sebenarnya.
Penerapan Augmented Reality di dalam dunia pendidikan memiliki keunggulan, yakni sebagai media pembelajaran yang mengesankan. Oleh karena itu siswa dapat mempelajari materi pembelajaran dengan lebih mudah.
Pelajaran Sejarah
Ketua Tim PKM-RSH Unila, Anindya Prameswari, menjelaskan bahwa pembelajaran sejarah sangatlah penting untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme para pelajar.
Anindya menyebut, belakangan ini eksistensi dari sejarah lokal mulai terabaikan dan terus terpapar oleh modernisasi. Untuk itu, perlunya sebuah terobosan baru dalam media pembelajaran yang berbasis teknologi, agar para pelajar dapat tertarik dengan pelajaran sejarah, terutama sejarah lokal.
Penelitian para mahasiswa ini dilakukan di SMA Negeri 1 Trimurjo, Lampung Tengah. Mereka terdiri dari Anindya Prameswari (Pendidikan Sejarah ’21). Febrianto (Pendidikan Sejarah ’21), Kinaryo Damar Pamungkas (Pendidikan Sejarah ’21).
Kemudian, Haniel Jonathan (Pendidikan Teknologi Informasi ’21), dan Hikmah Rojabiyah (Sosiologi ’21). Anindya mengatakan, dari hasil observasi, mendapatkan hasil bahwa pelajar belum semuanya mengenal akan sejarah daerah tempatnya sendiri. Salah satunya mengenai sejarah kolonisasi Trimurjo.
“Dengan adanya penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran yang inovatif melalui teknologi modern berbasis augmented reality. Serta menjadi salah satu upaya untuk membentuk generasi yang lebih memahami dan menghargai sejarah serta identitas bangsanya,” ujar Anindya, Rabu, 31 Juli 2024.
Kolonisasi di Trimurjo menurutnya memiliki sejarah yang panjang. Terjadinya kolonisasi di Trimurjo pada 5 April 1935 dengan latarbelakang ambisi Belanda. Yakni untuk mengekploitasi sumber daya alam yang unggul dengan sumber daya manusia yang murah.
Peristiwa ini tentu meninggalkan beberapa peninggalan yang bisa menjadi saksi sejarah. Beberapa di antaranya Bendungan Argoguruh, Jembatan Baja. Pintu Air KBh 5, Sekolah Rakyat, Pasar Trimurjo, dan Saluran irigasi primer.
“Namun sangat kita sayangkan banyak masyarakat sekitar. Khususnya peserta didik di SMAN 1 Trimurjo yang belum mengetahui dan memahami sejarah lokal daerahnya sendiri,” ungkap mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah tersebut.
Permudah Pemahaman
Berangkat dari hal tersebut, untuk mempermudah pemahaman pelajar terkait sejarah kolonisasi Trimurjo. Anindya bersama keempat temannya berinovasi membuat media pembelajaran dengan menggunakan aplikasi berbasis augmented reality.
Aplikasi ini beribernama Historischekennis yang memiliki arti ‘pengetahuan sejarah’.
Ia menjelaskan, di dalam aplikasi tersebut terdapat fitur-fitur yang sangat menarik untuk mengguggah belajar siswa. Seperti, petunjuk penggunaan aplikasi, materi terkait Kolonisasi Trimurjo yang di kemas dalam bentuk flip book.
Serta penampilan peta wilayah Trimurjo dalam bentuk 3D yang memungkinkan gambar lebih tampak hidup. Selain itu, terdapat juga fitur quis guna menguji kemampuan peserta didik setelah menggunakan aplikasi tersebut.
Hadiran aplikasi ini mendapat respon positif dari para peserta didik. Mereka mengaku lebih mudah memami materi pelajaran yang guru sampaikan. Bahkan para siswa mendapat raihan nilai yang tinggi setelah mengerjakan soal-soal.
“Aplikasi ini sangat menarik dan mudah digunakan, saya dapat dengan mudah belajar mengenai sejarah lokal terutama kolonisasi Trimurjo yang sebelumnya tidak saya ketahui. Kemudian saya bisa mengetahui banyak peninggalan-peninggalan yang ternyata peninggalan tersebut di buat oleh pihak Kolonial Belanda,” ujar salah satu siswa SMAN 1 Trimurjo, Bintang