Kalianda (Lampost.co)— Gapoktan Jaya Makmur, yang berlokasi di Desa Bumijaya, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan, merupakan salah satu kelompok tani yang mengelola tanaman padi dan pepaya sebagai komoditi unggulan.
Namun, petani pepaya di Gapoktan ini sering menghadapi masalah penyakit bercak cincin yang penyebabnya oleh Papaya ringspot virus (PRSV).
Penyakit ini mengakibatkan daun pepaya menjadi keriting, sebagian daun menguning. Serta bercak melingkar muncul pada buah, sehingga menurunkan produksi pepaya.
Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut, Universitas Lampung melalui Program Pengabdian Masyarakat menyelenggarakan pendampingan melalui penyuluhan terkait pengelolaan penyakit bercak cincin pada tanaman pepaya di Desa Bumijaya.
Penyuluhan ini langsung oleh para ahli dari Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Yaitu Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Si., Selvi Helina, S.P., M.Sc., Ir. Solikhin, M.P., dan Dr. Tri Maryono, S.P., M.Si.
Materi penyuluhan menitikberatkan pada pengelolaan penyakit bercak cincin. Salah satunya melalui penggunaan agens hayati Trichoderma dan penanaman tanaman refugia.
Trichoderma diketahui dapat merangsang kekebalan tanaman terhadap virus. Sedangkan tanaman refugia yang di tanam di sekitar lahan pepaya menarik musuh alami untuk memangsai vektor penyakit.
Harapannya penerapan dua metode ini dapat menghambat penyebaran virus bercak cincin pada tanaman pepaya.
Selain memberikan penyuluhan, kegiatan juga melibatkan penanaman tanaman refugia di sekitar area persawahan untuk mendukung pengembangan musuh alami. Mahasiswa dan petani bersama-sama turun ke lapangan dalam penanaman tersebut.
Ketua Gapoktan Jaya Makmur, Satiyo, menyampaikan apresiasinya atas program penyuluhan Unila tersebut, “Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Lampung atas tambahan ilmu yang diberikan kepada para petani di sini. Semoga masalah virus ini dapat segera teratasi,”ucapnya.
Penyuluhan ini juga memberikan wawasan tambahan kepada petani mengenai hama dan penyakit pada tanaman pepaya dan padi. Sehingga pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) bisa berjalan secara lebih tepat sasaran di masa mendatang.