Bandar Lampung (Lampost.co)– Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Ruangobrol.id menggelar Focus Group Discussion (FGD) dan pemutaran film dokumenter berjudul “Road to Resilience” di Hotel Batiqa, Bandar Lampung, Jumat, 25 April 2025. Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan diskusi buku “Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah”, yang mengangkat kisah nyata keterlibatan anak muda Indonesia dalam konflik bersenjata di Timur Tengah.
Kegiatan ini merupakan bagian dari roadshow nasional yang digagas BNPT sebagai bentuk kampanye literasi dan dialog untuk mencegah penyebaran paham radikal di kalangan generasi muda.
Baca juga: Pancasila Penawar Efektif Paham Radikalisme dan Terorisme
Kasubdit Kerja Sama Multilateral BNPT, Weti Deswiyati, menegaskan pentingnya keterlibatan generasi muda sebagai elemen strategis dalam upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan. “Generasi muda adalah garda terdepan. Untuk menghadapi tantangan ke depan, kita tidak bisa bekerja sendiri. Perlu kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, dan media,” ujar Weti.
Ia menambahkan, BNPT telah menyusun program berkelanjutan berupa diskusi publik dan pemutaran film di berbagai daerah guna memperluas kesadaran dan membangun narasi alternatif terhadap ideologi kekerasan.
Direktur Ruangobrol.id, Noor Huda Ismail, menyampaikan bahwa persoalan radikalisme tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan keamanan semata. “Kita butuh strategi yang lebih menyentuh. Film dan buku ini menyampaikan pesan dan dampak dari radikalisme secara nyata. Pemerintah punya kekuatan besar, tapi kadang kurang fokus karena harus mengurus banyak hal. Di sinilah masyarakat sipil bisa hadir sebagai pelengkap,” ujar mantan jurnalis dan peneliti radikalisme itu.
Menurutnya, banyak kelompok rentan saat ini tidak lagi datang dari latar belakang yang selama ini dengan singkatan sebagai “4L” (Lemah, Letih, Lelah, dan Labil). Kini, keterpaparan juga menyasar kalangan buruh, pekerja migran, hingga aparatur sipil negara. “Ada pula kajian-kajian yang justru menyesatkan, dan menyalahgunakan narasi jihad,” tambahnya.
Lampung Menempati Posisi Ketiga Tertinggi Tingkat Radikalisme
Data terbaru menunjukkan bahwa Provinsi Lampung menempati posisi ketiga tertinggi dalam tingkat kerentanan terhadap radikalisme setelah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bahkan, dari aktivitas daring (online), Lampung berada di posisi kedua. Namun, tren ini menunjukkan penurunan dari angka 12,3 persen menjadi 12 persen.
Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Muhammad Firsada, menyatakan bahwa pemerintah daerah bersama BNPT, Kemenkopolhukam, Kesbangpol, hingga Detasemen Khusus (Densus) 88 terus membangun komunikasi intensif untuk pencegahan radikalisme. Ia juga menyebutkan pentingnya keterlibatan perguruan tinggi negeri maupun swasta sebagai benteng awal pencegahan di kalangan pelajar dan mahasiswa.
“Melawan doktrin ekstrem dengan doktrin kebangsaan adalah tugas kita bersama. Meski sulit, deradikalisasi harus terus kita jalankan bersama. Semangat menjaga keutuhan bangsa dan tanah air tidak boleh padam,” ujarnya.
Firsada menambahkan, kejadian-kejadian yang menyinggung isu agama, seperti konflik rumah ibadah, dapat menjadi pemicu naiknya tensi radikalisme jika tidak mendapat penanganan secara bijak.
Dengan kegiatan seperti ini, BNPT dan para mitranya berharap dapat membangun ketahanan masyarakat. Terutama generasi muda, agar tidak mudah terpengaruh ideologi kekerasan dan tetap menjaga persatuan dalam bingkai kebhinekaan.
Hadir juga dalam kegiatan perwakilan Densus 88 Antiteror, Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Lampung, Senen Mustakim, serta berbagai elemen strategis yang terlibat dalam upaya pencegahan terorisme di Provinsi Lampung.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News