Bandar Lampung (Lampost.co) — peretas Brain Cipher sebagai pihak yang bertanggung jawab mengunci data di server PDN. Terduga pelaku itu akhirnya memberikan kunci untuk membuka data yang terenkripsi.
Dia memberikannya tanpa pemerintah perlu membayar miliar rupiah alias gratis. Brain Cipher turut meminta maaf atas kegaduhan yang timbul di tengah masyarakat Indonesia.
Informasi tersebut baru datang sepihak dari pernyataan kelompok peretas tersebut lewat unggahan akun X @stealthmole_int yang merupakan perusahaan keamanan siber di Singapura.
BACA JUGA: 4 Tips Hindari peretas Saat Main Game Online
Atas hal itu, banyak pihak menilai Brain Chiper sedang mengolok-olok pemerintah. Apalagi, Brain Cipher mengkritik pemerintah yang menilainya tidak becus melindungi data publik di server PDN.
Pakar keamanan siber (cyber security) Institut Teknologi Sumatera (Itera), Rajif Agung Yunmar, menyebut pernyataan peretas itu menjadi sindiran tajam terhadap pemerintah. Pasalnya, ketidakmampuan dalam menangani masalah keamanan data.
Terlebih insiden itu telah menimbulkan kekhawatiran luas di kalangan masyarakat. Meski begitu, pemberian kunci enkripsi itu membuat data bisa terselamatkan.
“Apalagi, peretas Brain Cipher memberikan petunjuk tentang cara mengembalikan data di server PDN itu,” kata Rajif, kepada Lampost.co, Kamis, 4 Juli 2024.
Meski begitu, pemerintah perlu melakukan pemeriksaan integritas data setelah data berhasil kembali. Hal itu untuk memastikan data tersebut masih asli, akurat, dan tidak berubah. Untuk itu, pemerintah tidak boleh lengah.
Menurut dia, integritas data adalah aspek krusial dalam keamanan siber. Hal itu mencerminkan keakuratan dan kemurnian data. Terutama yang berkaitan dengan data publik dapat berpotensi menyebabkan masalah di kemudian hari.
Dia mencontohkan data medis yang tidak akurat bisa menyebabkan kesalahan dalam perawatan pasien. Begitu juga dengan data keuangan yang rusak dapat mengacaukan laporan keuangan.
“Sementara, jika data ini hilang atau ada manipulasi, individu atau organisasi yang terlibat dalam aktivitas ilegal bisa lolos dari hukuman atau penyelidikan,” ujarnya.
Perubahan Data
Menurut dia, terdapat beberapa metode untuk memverifikasi kemurnian dan keakuratan data. Hal itu dengan penggunaan algoritma hashing, checksums, atau log audit untuk melacak perubahan data.
Namun, PDN memiliki masalah mendasar terkait tata kelola. “Layanan dasar seperti skema pencadangan data saja tidak ada di PDN. Apalagi, skema yang lebih canggih seperti verifikasi integritas data,” ujarnya.
Selain tantangan integritas data, ada kemungkinan peretas Brain Cipher menyisipkan kode berbahaya dalam data dan infrastruktur yang terdampak. Potensi keberadaan kode itu bisa Brain Cipher manfaatkan untuk mendapatkan keuntungan lain.
“Perlu langkah-langkah verifikasi data dan audit sistem yang terkena dampak guna mencegah timbulnya masalah baru,” kata dia.