Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mencatat laju inflasi tahunan (year on year/Y on Y) pada Agustus 2025 berada di angka 1,05 persen.
Sementara inflasi bulanan (month to month/M to M) justru mengalami deflasi sebesar 1,47 persen. Kemudian secara year to date (YtD) tercatat deflasi 0,08 persen.
Berdasarkan hasil evaluasi, deflasi tersebut karena turunnya biaya pendidikan tingkat SMA dan SMP. Serta penurunan harga sejumlah komoditas pangan seperti bawang putih dan cabai rawit.
Baca Juga:
Pemprov Lampung Gencarkan GPM untuk Kendalikan Harga Kebutuhan Pokok
Meski demikian, Pemprov Lampung terus melakukan pemantauan terhadap harga pangan, terutama beras yang menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi utama.
Operasi pasar akan mereka lakukan apabila terjadi lonjakan harga yang signifikan. Selain itu, Perum Bulog tetap menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sesuai permintaan dari daerah yang mengalami kenaikan harga.
Harga beras medium saat ini tercatat stabil di kisaran Rp12.000 – Rp13.500 per kilogram. Sedangkan beras premium berada di kisaran Rp14.000 – Rp15.000 per kilogram.
Masih Terkendali
Kepala Biro Perekonomian Provinsi Lampung, Rinvayanti, menegaskan kondisi inflasi di daerah masih terkendali dan aman.
“Alhamdulillah, perkembangan harga pangan di Lampung relatif stabil. Beras medium masih berada di kisaran Rp12 ribu hingga Rp13.500. Sementara premium Rp14 ribu hingga Rp15 ribu,” kata Rinva, Selasa, 2 September 2025.
Ia menegaskan, tidak ada lonjakan seperti Agustus lalu. Bahkan penyaluran beras SPHP telah dibuktikan dapat membantu menekan inflasi.
“Pemprov bersama Bulog akan terus menjaga ketersediaan pasokan pangan agar masyarakat mendapatkan harga yang wajar dan inflasi tetap terkendali,” jelasnya.