Kotabumi (Lampost.co) – Dugaan manipulasi data jumlah siswa mencuat di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) swasta di Kabupaten Lampung Utara. Oknum kepala sekolah diduga melaporkan data fiktif ke sistem dapodik yang tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, terdapat perbedaan signifikan antara jumlah siswa yang dilaporkan dan yang sebenarnya bersekolah. Pada tahun 2023, sekolah itu tercatat melaporkan 22 siswa, sementara faktanya hanya ada lima orang. Selisih serupa juga terjadi pada 2024, dengan laporan 17 siswa namun kenyataan hanya lima orang yang tercatat aktif belajar.
Data tersebut diperkuat oleh informasi di situs jaga.id yang menampilkan kesamaan jumlah dapodik dengan laporan sekolah, yakni 22 siswa di 2024 dan 17 siswa di 2023.
“Masak iya jumlah siswa hanya lima orang di tahun 2023, tapi dilaporkan 22 siswa. Demikian juga di tahun berikutnya, di lapangan ada lima, namun dilaporkan 17 siswa,” ujar seorang narasumber yang enggan disebutkan namanya.
Temuan ini mengindikasikan praktik yang sudah berlangsung sejak 2022, berpotensi merugikan keuangan negara. Saat wartawan Lampost.co mendatangi sekolah, di salah satu ruang kelas hanya terlihat dua siswa yang mengikuti pelajaran dari kelas VII.
Hal tersebut juga dibenarkan seorang guru mata pelajaran, Diah. Ia menyebut tahun ajaran 2025/2026 sekolah hanya menerima dua siswa baru.
“Tahun ini hanya ada dua siswa di kelas VII. Sedangkan kelas VIII ada lima orang. Kebetulan saya mengajar di kelas itu,” jelasnya, Kamis, 21 Agustus 2025.
Namun, Diah mengaku tidak mengetahui pasti jumlah siswa di kelas IX karena tidak mengajar di kelas tersebut. “Kalau data kelulusan saya tidak paham betul, karena saya baru masuk tahun ajaran ini,” tambahnya.
Tidak Tahu Detail
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Kepala SMP tersebut, Wahyu, mengaku tidak mengetahui detail jumlah siswa. Ia berdalih baru menjabat sekitar dua pekan.
“Kalau itu saya tidak tahu, karena baru menjabat Plh kepala sekolah. Mungkin bisa ditanyakan ke kepala sekolah sebelumnya, Zulkarnaen,” ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, mantan kepala sekolah, Zulkarnaen, membantah adanya manipulasi. Ia menegaskan data yang tercatat sudah sesuai, hanya saja laporan dapodik mungkin belum diperbarui.
“Semua sesuai, hanya mungkin laporannya belum masuk. Kalau ada perbedaan data di jaga.id, itu biasanya karena pembaruan data masih berjalan,” elaknya.
Ia menambahkan, tahun ajaran ini terdapat tujuh siswa yang lulus dari sekolah tersebut. “Kalau guru mungkin tidak tahu detailnya. Tapi saya sudah konfirmasi langsung dengan operator sekolah,” pungkasnya.
(Fajar Nofitra)