Bandar Lampung (Lampost.co) – Setelah sholat subuh, suara bising terdengar menggaung pada setiap sudut KRI Dewaruci. Suara itu sebagai pertanda adanya sesuatu yang akan terjadi kepada Laskar Rempah. Benar saja, secara mengejutkan para punggawa memaksa para Laskar Rempah yang sedang berada diatas tempat tidur untuk naik ke atas kapal.
.
“Tangkap dia punggawa. Tangkap…,” suara itu terdengar begitu kerasnya.
.
Wajar bila terjadi kepanikan bagi para Laskar Rempah karena tidak terbiasa dikagetkan dengan adanya suara bising tersebut. Dengan berbaris rapi, satu Laskar Rempah dimandikan diatas kapal oleh punggawa (Personil TNI AU.red). Mandi suci tersebut merupakan ritual wajib bagi orang yang pertama menaiki KRI Dewaruci.
.
Selanjutnya dalam prosesi Mandi Katulistiwa ini beberapa prajurit TNI AU bertindak sebagai Dewa Neptunus (Dewa samudera), Dewi Amfirite (Permaisuri Neptunus), Kapten Davy Jones dan para punggawa. Satu persatu para pelaut muda dicelup ke dalam air “khusus” sebelum menghadap Dewa Neptunus.
.
Kemudian pencucian itu agar bersih dari kotoran daratan, dan menjadi warga laut serta terlindungi dari malapetaka. Setelah itu, masing-masing Laskar Rempah mendapat gelar nama laut dari KRI Dewaruci. Usai pencelupan lanjut dengan prosesi meminum air kehidupan dengan tujuan agar para pelaut muda yang telah melaksanakan Mandi Khatulistiwa semakin kuat. Kemudian mendapatkan stempel sebagai tanda sudah melaksanakan prosesi mandi khatulistiwa.
.
Mandi Khatulistiwa
.
Komandan KRI Dewaruci, Letnan Kolonel Laut Rhony Lutviadhany menceritakan tradisi Mandi Khatulistiwa ini merupakan pengejawantahan nilai-nilai luhur. Hal ini untuk membangun semangat juang dan karakter prajurit ketika bertugas.
.
“Mandi ini sebagai simbol agar Laskar Rempah dalam keadaan bersih ketika melaut,” katanya.
.
Mandi Khatulistiwa merupakan tradisi pelaut dunia ketika melintasi equator atau yang dikenal dengan sebutan garis khatulistiwa. Momen ini tentunya menjadi pengalaman perdana Laskar Rempah yang baru pertama kali melaksanakan pelayaran dalam rangka mengemban misi khusus.
.
Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek). Program ini untuk mewujudkan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia. Pelayaran tersebut menggunakan KRI Dewaruci dengan rute Jakarta – Belitung Timur – Dumai & Siak – Sabang & Aceh – Malaka – Tanjung Uban – Lampung – Jakarta. Pelayaran mulai 5 Juni – 17 Juli 2024. Putra-putri terbaik laskar rempah, jurnalis, influencer, penulis, akademisi, peneliti, pakar dan stakeholder terkait ikut dalam pelayaran tersebut.
.
Sementara itu, Jalur Rempah adalah jalur berbasiskan laut atau bahari yang menghubungkan titik-titik seluruh Nusantara. Rute inilah yang ikut membangun budaya dan identitas Indonesia yang majemuk seperti sekarang ini. Jalur bersejarah ini adalah salah satu dasar dari kebudayaan bahari bangsa Indonesia.
.
Sesuai dengan namanya, jalur ini awalnya merupakan sebuah jalur perdagangan yang melibatkan rempah-rempah sebagai komoditi utama. Nusantara ini adalah tempat satu-satunya di muka bumi ini yang dipilih Tuhan menjadi tempat tumbuhnya rempah-rempah, khususnya lada hitam (piper nigrum), cengkeh (syzygium aromaticum), dan pala (myristica fragrans). Nusantara merupakan produsen rempah-rempah terpenting dunia.