Bandar Lampung (Lampost.co) — Balai Pengembangan Mutu Pendidikan (BPMP) Lampung mengklaim penerapan kurikulum merdeka di Bumi Ruwa Jurai hampir di seluruh jenjang pendidikan.
Kasubbag Umum BPMP Lampung, Muhammad Syafran, menyebut angkanya mencapai lebih dari 90 persen.
“Kalau di Lampung kurikulum merdeka sejak menjadi kurikulum nasional penerapannya di atas 90 persen,” kata Syafran, Senin, 29 Juli 2024.
BACA JUGA: 2.108 Madrasah di Lampung Terapkan Kurikulum Baru
Angka itu jauh lebih besar dari data terakhir Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek. Data tersebut menyebutkan penerapan kurikulum merdeka baru 73 persen sekolah di Indonesia.
Dia menilai meski termasuk tinggi masih terdapat beberapa kendala dalam penerapan kurikulum besutan Mendikbud Nadiem Makarim itu. Terutama soal pemerataan akses yang banyak menyasar sekolah di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
Secara infrastruktur dan letak geografis sekolah di daerah terpencil memiliki kesulitan dalam berkoordinasi. Persoalannya dari akses internet sebagai penyebab utamanya.
Padahal kehadiran akses koneksi internet menjadi faktor pendukung keberhasilan program merdeka belajar. Sebab, setiap satuan pendidikan harus mempunyai akses ke platform merdeka mengajar (PMM) sebagai upaya guru mengembangkan kompetensinya.
Untuk menyiasati itu, Kementerian pun mengembangkan inovasi bernama “Awan Penggerak”. Sistem itu peningkatan kompetensi dan kinerja secara luar jaringan (offline) dengan sumber informasi dari PMM.
Termasuk sumber lain yang dapat bermanfaat untuk satuan pendidikan di daerah khusus yang mengalami kendala jaringan internet khususnya di daerah 3T.
“Ini metode untuk mengakses aplikasi PMM tanpa menggunakan internet dan sedang mengembangkan lewat serangkaian uji coba. Sehingga, harapannya tidak ada alasan lagi kendala internet jaringan,” kata dia.
Indikator Keberhasilan
Dia menilai ada beberapa hal yang turut menjadi alat ukur keberhasilan kurikulum merdeka belajar di Lampung. Sebelum mengenal kurikulum merdeka, dari sisi pembelajaran proses penilaian hasil belajar dari Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Proses itu hanya melihat capaian kelulusan siswa dari kemampuan akademik. Sementara pada kurikulum merdeka mengenal istilah projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) yang lebih dapat mengukur capaian hasil belajar dari banyak dimensi.
“Indikator anak bisa mendimensikan melalui beriman, bertakwa, integritas, bernalar kritis, mandiri, dan lainnya. Artinya anak tidak hanya terbentuk dari sisi pengetahuan akademik, tapi banyak dimensi yang membentuk siswa,” kata dia.