Bandar Lampung (Lampost.co) — Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim kemarau di Lampung akan berlangsung pada Juni – Agustus 2024.
Sejumlah upaya pun harus ada guna menghindari terjadinya gagal panen dan memastikan pasokan pangan tetap terjaga.
Pengamat Pertanian Unila, Teguh Endaryanto mengatakan ada dua strategi utama yang bisa pihak terkait terapkan, yaitu rotasi tanam dan pemanfaatan irigasi teknis.
Baca Juga:
Pemprov Siapkan Strategi Hadapi Musim Kemarau
Untuk daerah-daerah yang beririgasi teknis, buka tutup irigasi menurutnya harus terlaksana secara teratur. Sementara sebagian lainnya menyiasati siklus tanam dengan rotasi tanaman.
“Misalnya, setelah menanam padi, mereka beralih ke palawija yang membutuhkan lebih sedikit air,” kata Teguh, Senin, 24 Juni 2024.
Teguh menjelaskan bahwa beberapa petani di beberapa daerah saat ini sudah mulai menggunakan pompa air dan irigasi bawah tanah.
“Penggunaan pompa air memang menambah biaya, tetapi ini bisa menjadi solusi ketika curah hujan minim dan tidak ada irigasi, sehingga dapat mengurangi risiko gagal panen,” lanjutnya.
Menurut Teguh, antisipasi lain yang biasanya terjadi pada musim kemarau adalah penggunaan pompa air untuk menyiram tanaman. Di daerah yang beririgasi teknis, pergiliran air harus teratur dengan baik untuk memastikan distribusi air yang efisien. Namun di daerah dengan irigasi non-teknis, ini menjadi masalah karena tidak ada pasokan air irigasi yang memadai.
“Penggunaan sumur bor memang bisa menjadi alternatif meski memang ada tambahan biaya yang harus dikeluarkan,” jelas Teguh.
Mulai Rendah
Ia juga menerangkan pada Juni ini memang sudah memasuki musim kemarau. Di mana intensitas hujan akan mulai rendah yang berpengaruh pada bidang pertanian dan perkebunan.
“Oktober hingga April biasanya musim penghujan, sementara April hingga Oktober dikenal sebagai musim kemarau. Sekarang sudah memasuki bulan Juni, yang berarti kita berada di musim kemarau,” ujarnya.
Walaupun musim kemarau, Teguh mengatakan bukan berarti tanpa hujan sama sekali, namun intensitas hujan memang lebih rendah.
“Tanaman pangan seperti padi membutuhkan air yang cukup banyak. Memasuki musim kemarau tentu tidak akan sebanyak saat musim penghujan,” kata Teguh.