Bandar Lampung (Lampost.co) – Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Permintaan semen nasional pada Kuartal I-2025 tercatat menurun sebesar 7,4% daripada periode yang sama tahun lalu.
Namun, di tengah tren nasional yang melemah tersebut. Pasar wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) justru menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2,4% daripada tahun lalu.
Kinerja pasar regional yang relatif tangguh ini menjadi salah satu faktor pendukung bagi PT. Semen Baturaja Tbk (SMBR) selaku anak usaha PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), untuk mencatatkan pertumbuhan yang impresif sepanjang Kuartal I-2025. Sepanjang Januari hingga Maret 2025, volume penjualan semen mencapai 533.337 ton, tumbuh 10% daripada periode yang sama tahun lalu sebesar 486.643 ton.
Selanjutnya, tidak hanya tertopang oleh pertumbuhan penjualan semen. Peningkatan juga terdukung oleh kinerja positif dari lini diversifikasi produk. Volume penjualan white clay tercatat sebesar 9.125 ton, melonjak 104% daripada periode yang sama tahun lalu sebesar 4.468 ton.
Kemudian seiring dengan peningkatan volume penjualan tersebut. Pendapatan perusahaan tumbuh 22% menjadi Rp.527,82 miliar dari sebelumnya Rp.432,4 miliar.
Sementara pertumbuhan ini terdorong oleh kontribusi penjualan kepada pihak berelasi sebesar Rp.487,11 miliar. Lalu penjualan kepada pihak ketiga sebesar Rp.34,27 miliar. Serta penjualan dari segmen bisnis non-semen (diversifikasi produk) yang turut memberikan tambahan sebesar Rp.6,42 miliar.
864%
Selanjutnya, kinerja keuangan SMBR juga menunjukkan lompatan signifikan. Dengan laba bersih sebesar Rp.48,96 miliar atau melonjak 864% daripada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp.5,07 miliar. EBITDA turut meningkat 62% menjadi Rp130,08 miliar.
Ini mencerminkan efisiensi yang terus membaik dalam proses produksi dan operasional. Selain mencatat kinerja keuangan yang solid. SMBR mencatatkan peningkatan kinerja keberlanjutan pada Kuartal I-2025.
Kemudian penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) berhasil ditekan menjadi 548,42 kgCO₂/ton cement eq. Turun dari 594,51 kgCO₂/ton cement eq pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terdorong oleh optimalisasi pemanfaatan bahan bakar alternatif atau Alternative Fuel and Raw Material (AFR). Ini meningkat sebesar 82% menjadi 5.273 ton dari sebelumnya 2.897 ton. Seiring itu, Thermal Substitution Rate (TSR) juga mengalami kenaikan dari 1,84% menjadi 3,16%.
Capaian ini merupakan hasil keberhasilan perusahaan. Terlebih dalam menjalankan strategi pengembangan yang selaras dengan arahan induk usaha SIG. Penerapan prinsip Manufacturing Excellence, Cost Leadership Initiatives, dan Sustainable Business menjadi faktor kunci. Khususnya dalam menjaga kinerja SMBR tetap solid, tumbuh, dan berkelanjutan di tengah tantangan industri.
“Pertumbuhan yang kami raih pada awal tahun ini merupakan hasil dari fokus kami. Khususnya dalam menjalankan strategi yang selaras dengan arahan induk usaha. Tidak hanya memperkuat daya saing perusahaan tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang.” ujar Hari Liandu, Vice President of Corporate Secretary SMBR dalam siaran resminya.
Kemudian Hari juga menambahkan bahwa SMBR akan terus menjaga momentum ini. Dengan mendorong inovasi, efisiensi operasional. Serta memperkuat kolaborasi dengan induk SIG untuk menghadapi tantangan yang ada.
Dukungan terhadap kinerja positif ini juga tercermin dari peningkatan peringkat kredit perusahaan. Pada April lalu, PT. Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menaikkan peringkat SMBR dari idA+ (stabil) menjadi idAA– (stabil). Peningkatan ini berdasarkan pada laporan keuangan audit per 31 Desember 2024. Dan mencerminkan fundamental keuangan yang semakin solid, serta posisi strategis SMBR dalam Grup SIG.
“Dengan tren kinerja yang terus positif. Kami optimistis dapat memberikan nilai tambah berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan. Dan berkontribusi aktif dalam pembangunan nasional, khususnya wilayah Sumbagsel,” tutup Hari.