SETIAP tahun saat menjelang Ramadhan dan Lebaran, pola konsumsi masyarakat cenderung meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Provinsi Lampung tetap terjaga, tercatat pada Januari 2025 mencapai 1,04 persen (yoy), dengan kenaikan harga terbesar terjadi di kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Lebih lanjut, ketimpangan ekonomi di Lampung menunjukkan tren membaik, dengan Gini Ratio sebesar 0,302 dan Indeks Williamson 0,222, yang mencerminkan distribusi pendapatan yang semakin merata. Hal ini merupakan kondisi yang perlu dijaga bersama.
Oleh karenanya, Bank Indonesia terus berkolaborasi dengan pemerintah dan badan terkait untuk
mengendalikan inflasi agar tepat sasaran dengan melakukan operasi pasarm mendukung sektor industri, mendukung edukasi keuangan, dan berkoordinasi mengenai kelancaran distribusi barang dan bahan pokok di Provinsi Lampung.
Lebih lanjut, data menunjukkan bahwa persentase pengeluaran untuk makanan dari total konsumsi di Lampung
meningkat dari 52,19 persen pada tahun 2023, menjadi 54,68 pada tahun 2024. Peningkatan konsumsi ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat mendorong lonjakan harga. Di sisi lain, sektor pertanian dan industri pengolahan mengalami fluktuasi. Meskipun industri pengolahan tumbuh 14,16 persen (yoy) pada triwulan IV-2024, sektor pertanian mengalami kontraksi 14,80 persen (yoy), yang bisa berakibat pada terbatasnya pasokan pangan. Oleh karena itu, kestabilan harga pangan sangat penting untuk menghindari tekanan inflasi pada masa menjelang Ramadhan dan Lebaran ini.
Agar tidak terjebak dalam pola konsumsi berlebihan yang berisiko meningkatkan inflasi, masyarakat perlu
menerapkan strategi bijak dalam berbelanja. Berbelanja secara bertahap sebelum Ramadan dapat membantu menjaga kestabilan harga di pasar dan menghindari lonjakan permintaan yang tiba-tiba. Selain itu, berdasarkan data BPS, kelompok dengan pengeluaran rendah cenderung mengalokasikan lebih banyak dana untuk makanan.
Sebab itu, prioritas juga harus diberikan pada kebutuhan esensial agar tidak tergoda untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan.
Selain itu, mendukung produk lokal menjadi langkah penting dalam menjaga stabilitas harga sekaligus membantu petani dan nelayan Lampung yang terdampak kontraksi ekonomi. Mengatur pola konsumsi dengan bijak dapat membantu menghindari lonjakan harga akibat permintaan yang berlebihan. Mengurangi ketergantungan pada barang impor dengan membeli produk lokal juga berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi daerah.
Pemilihan metode pembayaran yang sehat juga sangat diperlukan agar tidak terbebani utang konsumtif yang bisa menjadi beban finansial setelah Lebaran. Kesadaran finansial juga perlu ditingkatkan dan disebarkan, terutama di lingkungan keluarga, agar pengeluaran dapat lebih terkontrol dan tidak menimbulkan tekanan ekonomi jangka panjang. Masyarakat dihimbau agar dapat lebih bijak dalam menyusun anggaran belanja, sehingga tidak mengalami kesulitan finansial pasca-Lebaran. Pembelian dalam jumlah besar secara mendadak atau panic buying harus dihindari karena dapat menyebabkan kelangkaan stok di pasar dan memicu kenaikan harga lebih tinggi.
Hal yang perlu diingat adalah walaupun tradisi berbagi selama Ramadan dan Lebaran memang penting, tetapi tetap harus dilakukan dengan perhitungan matang agar tidak mengganggu keseimbangan finansial pribadi.
Dengan pengelolaan konsumsi yang lebih baik, masyarakat tidak hanya bisa menghindari dampak negatif inflasi, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekonomi daerah. Dengan demikian, Ramadan dan Lebaran dapat dirayakan dengan lebih nyaman, tanpa tekanan finansial yang berlebihan.