Bandar Lampung (Lampost.co)–Politeknik Negeri Lampung (Polinela) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyelenggarakan Workshop Program Grant Riset Sawit (GRS) dengan tema “Meningkatkan Produktivitas, Sustainability dan Mendorong Penciptaan Produk/Pasar Baru serta Nilai Tambah Kelapa Sawit Melalui Penelitian”.
Bertempat di Ruang Sidang Utama kampus Polinela, pada Kamis, 1 Februari 2024, acara ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan di industri kelapa sawit, melalui dukungan inovasi pogram GRS.
Direktur Polinela Sarono yang juga sebagai perwakilan dari Forum Direktur Politeknik Negeri Se-Indonesia (FDPNI) menyampaikan bahwa dukungan pendanaan melalui GRS diarahkan untuk penelitian dan pengembangan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan di Indonesia.
Baca Juga: Dosen Polinela Ciptakan Bioaktivator R-Kompos
Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, sustainability, serta mendorong penciptaan produk/pasar baru dan nilai tambah kelapa sawit, katanya.
“Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat luas, baik bagi industri kelapa sawit, pemerintah, maupun masyarakat petani sawit,” kata Sarono, Kamis, 1 Februari 2024.
Industri Sawit
Direktur Politeknik Manufaktur Bandung (Polman) Bandung, Mohammad Nurdin turut menyambut baik serta mengakui pentingnya penelitian untuk mendukung perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia. Peran penelitian menurutnya sangat relevan dalam meningkatkan daya saing industri kelapa sawit dari perspektif keilmuan yang teruji.
“Melalui kolaborasi, maka akan lahir inovasi-inovasi baru yang dapat membawa dampak positif bagi seluruh industri,” ujar Nurdin.
Sementara itu tim ahli BPDPKS, Arfie Thahar yang hadir sebagai pembicara dalam workshop ini menyampaikan bahwa dalam kurun waktu 2015-2023, BPDPKS sudah melakukan sebanyak 329 kontrak penelitian mengenai pengembangan sawit.
Jumlah itu menurutnya terbagi ke dalam beberapa bidang penelitian seperti bionergi, budi daya, pangan dan kesehatan, oleokimia dan biomaterial, pascapanen dan pengolahan, serta lingkungan.
“Ada 89 lembaga Litbang yang kita libatkan, 1.202 peneliti, 243 publikasi, 50 hak paten, dan 7 buku yang kita hasilkan,” paparnya.
Sementara itu, pemateri lainnya, akademisi Unila, Prof Udin Hasanudin membahas mengenai peran penting perguruan tinggi dalam menghasilkan penelitian berkualitas untuk mendukung perkembangan industri kelapa sawit secara berkelanjutan.
Ia menyebut, beberapa target riset sawit ke depan yang harus dicapai, diantaranya yaitu menghasilkan paket-paket teknologi inovatif untuk peningkatan produktivitas sawit dalam kerangka intensifikasi dan efisiensi.
Kemudian masalah lainnya yaitu mengembangkan mekanisme dan otomasi proses budidaya berbasis sistem informasi untuk mengantisipasi permasalahan tenaga kerja yang kerap terjadi di beberapa daerah
“Kalimantan, Sulawesi, Jambi, Riau itu agak sulit, tenaga kerja terbatas. Sehingga perlu bagaimana mengembangakan mekanisasi,” ujarnya.
Kegiatan workshop tersebut dilaksanakan secara Luring dan Daring dan diikuti oleh perwakilan dosen dari beberapa perguruan tinggi seperti Polinela, Unila, UBL, Darmajaya, UIN Raden Intan Lampung, Universitas Terbuka, Universitas Teknokrat Indonesia, Poltekkes, Itera, Polman Bandung, Politeknik Cilacap, dan Politeknik Bengkalis. (CR2)