Bandar Lampung (Lampost.co) — Polemik seputar penggunaan AI dalam industri kreatif kembali memanas, kali ini menyeret nama Digital Happiness, pengembang game horor lokal terkenal, DreadOut 3. Isu ini bermula dari tudingan bahwa key art DreadOut 3 menggunakan teknologi generative AI, yang memicu diskusi panas di media sosial.
Poin Penting:
- Digital Happiness tegaskan DreadOut 3 tanpa AI generatif.
- Permintaan agar publik tak menyerang individu tim.
- Studio siap bertanggung jawab atas seluruh proses produksi.
Menanggapi kegaduhan tersebut, Digital Happiness akhirnya merilis pernyataan resmi melalui akun sosial media mereka. Dalam pernyataan tersebut, sang CEO, Rachmad Imron, menegaskan bahwa seluruh proses kreatif dan produksi berada sepenuhnya di bawah pengawasan langsung tim Digital Happiness. Ia juga memastikan bahwa tidak ada unsur generative AI yang digunakan dalam karya visual utama game tersebut.
Melalui klarifikasi ini, Digital Happiness berharap masyarakat dapat melihat persoalan ini secara jernih dan tidak melibatkan individu atau personil tim mereka dalam perdebatan yang kian menyentuh ranah privasi.
Penegasan Langsung dari CEO Digital Happiness
Dalam pernyataan yang dirilis resmi oleh Rachmad Imron, Digital Happiness secara tegas membantah penggunaan AI generatif dalam visual utama DreadOut 3.
“Sehubungan dengan berkembangnya tudingan penggunaan AI generative image di key art DreadOut 3, yang telah menjadi situasi yang kurang baik dan menimbulkan informasi yang simpang siur, sampai menyentuh ranah privasi personil tim kami,” ujar Imron.
Digital Happiness menyatakan bahwa seluruh karya visual, termasuk key art yang menjadi polemik, sepenuhnya merupakan hasil proses kreatif internal. Tidak ada elemen AI generatif yang digunakan.
Permintaan untuk Tidak Melibatkan Personil Tim
Salah satu poin penting dalam pernyataan resmi tersebut adalah permintaan agar publik tidak menyerang personil individu dalam tim pengembang. Pihak perusahaan menegaskan bahwa seluruh proses produksi dan pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab Digital Happiness sebagai entitas.
“Segala hal yang berhubungan dengan proses kreatif, produksi serta keputusan yang terjadi ada di bawah pengawasan kami. Sehingga kami bertanggung jawab penuh atas ketidakpuasan yang terjadi.”
“Dengan demikian, segala ketidakpuasan mohon ditujukan kepada kami, Digital Happiness, selaku pengembang DreadOut 3. Alangkah lebih baik dan bijaksana, tidak ditujukan kepada personil tim kami secara pribadi.”
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya menjaga ruang aman bagi individu-individu kreatif yang bekerja di balik layar industri game.
Isu AI dalam Industri Game: Sensitivitas dan Etika
Penggunaan AI dalam industri kreatif memang tengah menjadi sorotan. Banyak pihak menilai bahwa AI bisa merusak ekosistem kerja seniman karena dianggap menyalahi etika, terutama jika digunakan tanpa transparansi. Tuduhan terhadap DreadOut 3 muncul di tengah meningkatnya sensitivitas masyarakat terhadap keaslian karya digital.
Namun, klarifikasi dari Digital Happiness bisa menjadi contoh respons yang tepat dari sebuah studio lokal ketika menghadapi tekanan publik. Mereka tidak hanya membantah, tetapi juga mengambil alih tanggung jawab penuh atas karya yang mereka produksi.
DreadOut 3 Masih yang Menantikan
Meski ada polemik, DreadOut 3 tetap menjadi salah satu game horor lokal yang paling banyak pemintat menantinya. Sebagai lanjutan dari dua seri sebelumnya yang sukses secara regional maupun internasional, game ini membawa harapan besar dari para penggemarnya. Harapannya klarifikasi ini bisa meredakan gejolak dan mengembalikan fokus publik ke karya yang sedang mereka persiapkan.
Digital Happiness sendiri terkenal sebagai pelopor game horor Indonesia yang berani membawa cerita lokal ke panggung global, termasuk dengan karakter hantu khas Indonesia dan nuansa mistis budaya Nusantara.
Kesimpulan
Klarifikasi dari Digital Happiness menjadi penegasan penting bahwa tidak ada penggunaan AI generatif dalam key art DreadOut 3. Mereka juga mengimbau agar ketidakpuasan tujukan ke pihak perusahaan, bukan individu tim. Sikap terbuka dan bertanggung jawab ini patut mendapat apresiasi, terutama di tengah situasi sensitif soal etika teknologi dalam industri kreatif.
Kini, saatnya kita kembali menantikan DreadOut 3 sebagai karya anak bangsa yang membawa semangat horor lokal ke panggung dunia.








