HEY! Sobat muda tentu sudah tahu, 23 Juli lalu baru saja diperingati Hari Anak Nasional. Tahun ini, Hari Anak Nasional mengusung tema Anak Indonesia anak genius.
Membahas Hari Anak, tentunya tidak lepas dari membahas hak mereka untuk bisa mendapatkan pendidikan berkualitas. Namun, sayangnya masih ada sebagian anak-anak, khususnya di daerah pinggiran yang belum bisa merasakan hal tersebut.
Namun, jangan khawatir sahabat muda, karena ternyata tidak sedikit loh muda-mudi Lampung yang dengan semangat dan rasa kepeduliannya berinisiatif membantu anak-anak yang membutuhkan. Seperti kelompok anak muda peduli anak-anak Pulau Tegal, Pesawaran.
Salah satu sahabat muda yang aktif menjadi sukarelawannya adalah Aras Arifin. Mahasiswa salah satu kampus swasta di Bandar Lampung itu mengabdikan diri sebagai guru Olahraga, merangkap guru Pendidikan Agama Islam di pulau tersebut.
Sejak sebulan terakhir, Aras harus membagi waktunya untuk kuliah dan mengajar. Ia mengaku termotivasi menjadi sukarelawan, selain ingin membantu anak Pulau Tegal memperoleh pendidikan layak, juga untuk melatih kemampuannya sebagai calon guru.
“Selain mengajar anak-anak, apa yang saya lakukan menjadi bentuk pengimplementasian ilmu yang sudah didapat di kampus,” kata Aras.
Semangatnya membantu anak-anak Pulau Tegal makin besar tatkala melihat realitas masih adanya keterbatasan fasilitas hingga akses yang sulit.
Aldi Gunawan, salah satu siswa di Pulau Tegal, mengaku bersyukur dengan hadirnya sukarelawan yang membantu mengajar. Tidak hanya bisa membaca buku dari taman baca yang didirikan, Aldi menyebut dia dan kawan-kawannya makin semangat belajar.
“Semua teman-teman makin semangat karena sekolahnya sudah lebih bagus, peralatannya juga lengkap, alat tulis dan buku,” ujarnya.
Gagas Taman Baca
Generasi muda peduli anak juga bisa ditemui di Komunitas Ruang Sosial dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung. Laila Kurnia Purwati adalah salah satu sukarelawannya.
Bergabung di ACT sejak September tahun lalu, mahasiswa Universitas Lampung itu mengaku terpanggil untuk membangun karakter anak-anak Lampung. Upaya yang dilakukan yakni dengan menggagas taman baca di beberapa daerah pinggiran, seperti di Suak, Lampung Selatan, Pesawaran, dan dalam waktu dekat mendirikan taman baca di daerah Panjang, Bandar Lampung.
“Anak-anak ternyata sangat antusias dengan adanya taman baca. Orang tua juga senang karena merasa masih ada yang peduli kepada anak-anak,” ujar Laila.
Menurut dia, kunci bergabung di organisasi sosial haruslah karena panggilan jiwa dan bekerja dengan hati karena tidak ada yang membayar.
Kurniawan Eko Saputra, sukarelawan lainnya, menyampaikan sebagai anak muda dia ingin bisa berkontribusi langsung kepada masyarakat yang membutuhkan. Anak muda semestinya tidak hanya bisa nyinyir atau mengkritik, tetapi harus bisa turun membantu.
Hari Anak Nasional, menurut Eko, bisa menjadi momen generasi muda menjadi lebih peduli kepada anak-anak yang membutuhkan.
Nur Jannah