Jakarta (Lampost.co)— Google, perusahaan teknologi raksasa yang selama ini terkenal dengan inovasinya di bidang kecerdasan buatan (AI). Kini mengambil langkah strategis untuk memperluas jangkauan pengaruh AI ke ranah seni visual dan perfilman. Melalui kolaborasi dengan perusahaan manajemen dan produksi Range Media Partners, Google meluncurkan program baru bertajuk “AI on Screen”. Sebuah inisiatif yang akan mendanai dan memproduksi film pendek orisinal yang mengangkat tema hubungan antara manusia dan kecerdasan buatan.
Menyalakan Imajinasi Baru tentang Masa Depan AI
Dalam posting blog resminya yang mengutip dari Android Headlines pada Sabtu (12/4/2025), Google menyatakan bahwa selama 18 bulan ke depan, mereka akan bekerja sama dengan Range Studios.
Bidang produksi dari Range Media, untuk menugaskan pembuatan narasi-narasi orisinal dari para pembuat film visioner.
Baca juga: OpenAI Luncurkan Fitur Memori Baru di ChatGPT, Bisa ingat Obrolan Pengguna Sebelumnya
Tujuannya adalah mengeksplorasi kompleksitas hubungan emosional, etis, dan sosial antara manusia dan mesin cerdas.
“Kami mencari cerita yang akan sangat beresonansi pada tingkat manusia. Mengeksplorasi dilema emosional dan etika yang muncul ketika kita menjalin kehidupan kita dengan mesin cerdas,” tulis Google dalam pernyataannya.
Perjalanan Sinematik Eksplorasi Etika AI
Membuat film tentang kecerdasan buatan memang bukan hal baru. Selama lebih dari satu abad, sineas telah menjadikan AI sebagai tema utama maupun latar naratif dalam berbagai genre.
Film fiksi ilmiah klasik seperti Metropolis (1927) karya Fritz Lang adalah salah satu yang pertama menggambarkan robot dan gagasan AI di layar lebar. Sejak saat itu, imajinasi publik dibentuk oleh karakter-karakter AI ikonik seperti:
R2-D2 dan C-3PO dari Star Wars
Rosie dari The Jetsons
J.A.R.V.I.S. dalam semesta Marvel
Samantha, AI dari film Her (2013), yang menyuguhkan pendekatan intim dan melankolis tentang hubungan manusia dengan sistem operasi cerdas.
Sebaliknya, film seperti The Terminator, Ex Machina, dan serial antologi seperti Black Mirror menggambarkan sisi gelap dan ancaman eksistensial dari AI ketika tidak dikendalikan dengan bijak.
Di sisi lain, film animasi seperti WALL-E menyentuh audiens dengan pendekatan lembut, menunjukkan bahwa AI juga bisa mencerminkan empati, kasih sayang, bahkan kesepian.
Produksi Film Pendek, Potensi Jadi Film Panjang
Melalui program AI on Screen, Google dan Range Studios akan menyediakan dana produksi, dukungan pengembangan, dan akses ke jaringan industri bagi para kreator film. Dua film pendek pertama hasil kolaborasi ini saat ini sedang dalam tahap produksi dan dijadwalkan rilis pada akhir tahun 2025.
Google dan Range membuka kesempatan luas bagi sineas dari berbagai latar belakang dan genre. Baik itu fiksi ilmiah, drama, thriller. Bahkan dokumenter futuristik, selama narasi mengangkat aspek hubungan antara manusia dan kecerdasan buatan, proyek tersebut dipertimbangkan.
Google juga menyatakan bahwa beberapa proyek pendek yang terpilih memiliki potensi untuk mengembangkan menjadi film berdurasi penuh. Memberikan peluang besar bagi para pembuat film untuk menembus industri global.
Bagi sineas yang tertarik, proposal dan ide cerita bisa langsung dikirimkan ke Range Media Partners untuk proses kurasi lebih lanjut.
inovasi Google yang Lebih Luas
Inisiatif ini juga memperkuat posisi Google sebagai pemain utama dalam industri AI yang tidak hanya fokus pada pengembangan teknologi seperti chatbot (Gemini). Tetapi juga memperhatikan dampak sosial, psikologis, dan budaya dari kemunculan teknologi cerdas.
Baru-baru ini, Google bahkan menggandeng Las Vegas Sphere. Salah satu layar LED terbesar di dunia—untuk menghidupkan kembali film klasik berusia 86 tahun dalam format visual imersif seluas 48.000 meter persegi.
Hal ini menunjukkan bahwa Google tengah menjelajahi kekuatan storytelling dalam memperkenalkan dan membentuk pemahaman publik tentang AI.
Dengan inovasi Google AI on Screen, Google mengambil langkah strategis dan berani: menyatukan teknologi mutakhir dan seni bercerita untuk membuka ruang dialog publik tentang masa depan manusia bersama AI. Tidak hanya sebagai alat, tetapi sebagai entitas yang memengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan berinteraksi dengan dunia.
Program ini berpotensi menciptakan film-film berpengaruh yang dapat menggugah kesadaran, memicu perdebatan, dan bahkan membentuk kebijakan etika di masa depan.
Di saat AI berkembang semakin canggih, karya seni semacam ini akan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi tetap berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan.