Jakarta (Lampost.co)— Pengamat dan praktisi pendidikan, Indra Charismiadji, menyatakan bahwa jumlah guru di Indonesia terlalu banyak, yang berdampak pada sulitnya menciptakan kesejahteraan bagi mereka. Salah satu faktor penyebabnya adalah keterbatasan kemampuan guru yang hanya menguasai satu mata pelajaran.
“Guru di Indonesia sulit sejahtera karena jumlahnya terlalu banyak. Masalahnya, satu guru hanya bisa mengajar satu mata pelajaran. Contohnya, guru Matematika pasti akan menolak jika di minta mengajar bahasa Inggris,” ujar Indra di Kampus Akademi Bela Negara, Kamis, 8 Agustus 2024.
Indra juga mengungkapkan jumlah mata pelajaran yang di ajarkan di Indonesia lebih banyak, dari pada negara lain. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pernah mencoba menghapus mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Namun banyak guru yang menolak penghapusan tersebut karena terkait dengan tunjangan profesi mereka. “Ketika satu mata pelajaran pemerintah hapus. Para guru memprotes karena hal ini berhubungan dengan tunjangan profesi,” jelas Indra.
Indra juga menyebutkan data dari lembaga riset Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia menunjukkan 14 persen guru tidak hadir di sekolah. Kondisi ini menyebabkan sekolah-sekolah merekrut guru honorer untuk mengisi kekosongan.
“Sebagian besar guru tidak hadir bukan karena bolos. Melainkan karena mendampingi istri pejabat yang sedang menjalankan tugas negara. Dari sini, sekolah-sekolah mulai merekrut guru honorer,” ungkap Indra.
Selain itu, Indra menambahkan bahwa alasan peningkatan jumlah guru honorer hingga 870 persen penyebabnya oleh keengganan guru-guru. Terutama yang berstatus PNS di Jakarta, untuk mengajar lebih dari 24 jam pelajaran per minggu.
“Guru PNS di Jakarta tidak mau mengajar lebih dari 24 jam. Karena itu, Jakarta memiliki banyak guru honorer,” kata Indra. (Theresia Vania Somawidjaja)