Jakarta (Lampost.co) — Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mendorong WNI di Lebanon mengikuti arahan Perwakilan RI setempat untuk dievakuasi pulang ke Tanah Air sedini mungkin demi keselamatan pribadi.
“Ikuti semua arahan rencana kontingensi yang sudah disampaikan oleh KBRI Beirut, termasuk kalau ada permintaan untuk evakuasi. Mohon jangan ditunda-tunda sampai situasi semakin memburuk,” ucap Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha mengutip Mediaindonesia.com, Sabtu, 5 Oktober 2024.
Pasalnya, jika situasi memburuk dan perang terbuka pecah, kemampuan Kemenlu RI dan KBRI Beirut untuk mengevakuasi WNI dari Lebanon ke lokasi aman menjadi sangat terbatas, terlebih jika terjadi serangan ke titik-titik vital yang dapat melumpuhkan aktivitas perhubungan.
Baca juga: Kemenlu dan TNI Bahas Perlindungan WNI di Lebanon
Judha mengakui meski pemerintah RI berkewajiban memastikan keselamatan WNI di manapun berada, termasuk melalui evakuasi ke tempat aman. Keputusan untuk mengikuti evakuasi tetap berada di tangan masing-masing WNI.
“Kami sampaikan apa adanya, kita harus evakuasi sekarang, sebelum situasi semakin memburuk, saat masih ada kesempatan,” ucap dia.
Selain itu, Kemenlu RI dan KBRI Beirut terus mengingatkan WNI yang masih ada di Lebanon saat ini untuk meningkatkan kewaspadaan pribadi dan menghindari lokasi-lokasi yang berpotensi membahayakan.
Sebagian Besar di Beirut
Direktur Kemenlu memastikan saat ini masih terdapat 116 WNI di Lebanon. Sebagian besar berada di Beirut dengan jumlah 83 orang.
WNI di Lebanon juga di dorong untuk proaktif menghubungi dan melakukan lapor diri ke KBRI Beirut untuk mempermudah pemantauan dan komunikasi apabila di perlukan dan jika situasi darurat terjadi.
Sementara itu, Judha mengimbau kepada seluruh WNI untuk dapat menunda perjalanan ke Lebanon. Maupun ke Suriah, Iran, Palestina, dan Israel mengingat kondisi keamanan yang tidak kondusif.
Pihaknya masih mendapati ada WNI yang melakukan perjalanan ke Israel meski hanya untuk wisata dan ziarah keagamaan. Padahal Kemenlu telah menetapkan kondisi Siaga 1 yang berarti tingkat keamanan tertinggi di Israel–selain Lebanon dan Palestina.
Direktur Kemenlu itu juga mengimbau WNI untuk mengantisipasi gangguan penerbangan jika perjalanan yang perlu singgah di bandara-bandara Timur Tengah.
Menurutnya, kondisi kawasan yang tidak kondusif dapat menyebabkan penangguhan penerbangan. “Waspadai disrupsi penerbangan untuk menghindari pelaku perjalanan terdampar di beberapa titik hub penerbangan internasional,” kata dia.