Jakarta (Lampost.co): Malam itu di sebuah sudut gelap kota Bekasi, sekelompok remaja berkumpul, menyusun strategi untuk sebuah pertempuran yang mereka anggap sebagai adrenalin, tantangan, dan kehormatan.
Senjata tajam sudah siap di tangan, minuman keras sudah masuk ke tubuh mereka. Mereka bukan sekadar berkumpul, mereka datang untuk satu tujuan-tawuran.
Baca juga: Sederat Hasil Ekspose 7 Jasad di Kali Bekasi Dibeberkan Kompolnas
Di sisi lain, patroli polisi berkeliling, mencium adanya bahaya yang mengintai. Anggota patroli sudah terbiasa mendengar informasi tentang tawuran di Bekasi langsung menuju lokasi.
Ketika patroli tiba di tempat pertemuan kelompok remaja itu, kepanikan menyelimuti mereka. Beberapa remaja lari tunggang langgang masuk ke gang-gang kecil, sebagian lagi melompat ke sungai, berharap bisa lolos dari kejaran polisi.
Rencana malam yang awalnya akan penuh aksi brutal, berubah menjadi kekacauan yang tak terduga. Namun, bagi 7 remaja, sungai itu menjadi akhir tragis dari hidup mereka.
Esok paginya, penemuan 7 jasad yang mengapung di Kali Bekasi mengejutkan masyarakat Bekasi. Tubuh-tubuh yang tak lagi bernyawa, hanyut bersama arus sungai. Misteri mulai mengemuka. Siapa mereka? Apa yang terjadi?
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) melakukan supervisi terhadap kasus tersebut. Anggota Kompolnas, Poengky Indarti menjelaskan bahwa hasil penyelidikan menunjukkan hubungan langsung antara rencana tawuran malam itu dan penemuan jenazah di sungai.
“Ada dua kasus yaitu tawuran antar-geng dan penemuan tujuh jenazah. Dari paparan Polrestro Bekasi Kota, diduga tujuh jenazah tersebut bagian dari kelompok yang akan tawuran,” kata Poengky kepada wartawan, Rabu, 25 September 2024.
Kepanikan Menyelimuti Kelompok Remaja
Ketika polisi datang untuk menghentikan terjadinya tawuran, kelompok tersebut panik. Beberapa berhasil melarikan diri, sementara yang lain melompat ke sungai. Tragisnya, bagi tujuh remaja, aksi nekat mereka berakhir di dasar sungai Bekasi.
Patroli malam itu, yang pada awalnya hanya bertujuan mencegah kejahatan jalanan, berubah menjadi penyelamatan bagi beberapa nyawa pada keesokan harinya.
“Beberapa orang yang melompat ke sungai ada yang diselamatkan Tim Patroli Presisi,” ungkap dia.
“Mereka mengaku bahwa kelompok geng berlarian karena takut akan melakukan tawuran dan bawa senjata tajam,” lanjut Poengky.
Namun, kematian tujuh remaja itu masih meninggalkan pertanyaan besar. Pihaknya masih menunggu hasil lab untuk mengetahui penyebab kematian.
Poengky menekankan pentingnya patroli rutin di wilayah-wilayah rawan seperti ini. Tindakan preventif seperti ini, menurutnya, sangat penting untuk menjaga keamanan masyarakat dari aksi kejahatan seperti tawuran, begal, dan geng-geng jalanan.
“Kompolnas justru mendorong patroli dilakukan secara rutin, khususnya di daerah-daerah rawan kejahatan agar kejahatan dapat dicegah dan dapat melindungi serta mengayomi masyarakat,” ujar dia.
Selain itu, tragedi ini juga menjadi peringatan bagi para orang tua. Poengky mengingatkan agar mereka lebih memperhatikan aktivitas anak-anak mereka, terutama saat malam tiba. Keterlibatan orang tua dalam menjaga anak-anak dari pengaruh buruk lingkungan sangat penting.
“Kami justru berharap orang tua atau wali yang bertanggungjawab menjaga anak-anaknya harus benar-benar memastikan mereka aman ada di rumah pada malam hingga pagi hari,” tegas Poengky.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News