Yogyakarta (lampost.co)–Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan kesiapannya untuk berdialog dengan para alumni, termasuk tokoh nasional seperti Amien Rais dan Sofyan Effendi. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Arie Sujito, mengatakan hal itu merespons pernyataan dua alumni tersebut terkait dugaan ijazah palsu Joko Widodo.
Ia menekankan bahwa UGM tidak memihak dalam polemik tersebut, melainkan hanya menyampaikan fakta berdasarkan data resmi institusi. “Kami sangat terbuka untuk berdiskusi, terlebih dengan para alumni. Tapi kami berbicara atas dasar data yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan opini,” jelas Arie, Rabu, 23 April 2025.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wening Udasmoro, menegaskan bahwa Joko Widodo terdaftar secara resmi sebagai mahasiswa UGM sejak tahun 1980. Dengan nomor induk 80/34416/KT/1681. Ia lulus dan wisuda pada 5 November 1985.
Wening menyampaikan bahwa UGM sebagai lembaga pendidikan tinggi publik terikat oleh aturan mengenai keterbukaan informasi dan perlindungan data pribadi. Karena itu, kampus hanya dapat membuka data yang bersifat publik. Sementara, hanya pihak berwenang yang bisa mengakses dokumen pribadi.
“Semua proses akademik Jokowi tercatat lengkap di UGM. Kami tidak menafsirkan, kami hanya menyampaikan apa yang memang ada dalam catatan akademik. Bila butuh dalam proses hukum, kami siap hadir sebagai saksi dengan membawa bukti otentik,” ujar Wening.
Persepsi Publik
Pihak UGM juga menyoroti persepsi publik yang terbentuk dari media sosial, yang kerap jadi rujukan data oleh sebagian masyarakat. Padahal, menurut mereka, informasi dari media sosial tidak selalu valid untuk menjadi dasar klaim.
UGM menegaskan posisinya sebagai institusi akademik yang menjunjung integritas serta keterbukaan terhadap diskusi ilmiah, tanpa campur tangan kepentingan politik.