Jakarta (Lampost.co) – Salah satu fenomena langit yang paling ditunggu-tunggu tahun ini adalah hujan meteor Orionid, yang berlangsung dari September hingga November. Puncak hujan meteor itu akan terjadi pada 20 dan 21 Oktober 2024, saat akan terlihat lebih banyak meteor yang menerangi langit malam.
Hujan meteor Orionid selalu menjadi momen spesial bagi para pengamat langit. Fenomena itu salah satu yang terbaik setiap tahun dan bisa seluruh dunia saksikan, termasuk dari Indonesia.
Hujan meteor Orionid berasal dari debu komet Halley, komet yang mengorbit Matahari setiap 76 tahun. Meski Komet Halley terakhir kali mendekati Bumi pada 1986 dan baru akan kembali pada 2061, partikel debu yang tertinggal menghasilkan hujan meteor setiap bulan Oktober.
Menurut laman resmi NASA, hujan meteor Orionid terkenal karena kecepatan dan kecerahannya. Meteor itu bergerak dengan kecepatan sekitar 66 km/s atau sekitar 148.000 mph saat memasuki atmosfer Bumi.
Beberapa meteor cepat itu meninggalkan jejak cahaya yang disebut kereta meteor, yaitu serpihan puing yang tampak bersinar selama beberapa detik atau menit setelah meteor melintas.
Hujan meteor Orionid berasal dari konstelasi Orion, tepatnya di dekat bintang Betelgeuse, yang menjadi titik pancarnya di langit. Meski berada di Orion, meteor bisa terlihat dari berbagai arah langit, terutama setelah tengah malam hingga menjelang fajar.
Meteor Orionid adalah sisa-sisa debu dari Komet Halley. Komet itu ada sejak zaman dulu dan salah satu komet yang paling sering dengan laporan pengamatan pertama tercatat pada 240 Masehi. Awalnya memiliki nama Edmond Halley, seorang astronom yang menghitung orbit komet itu dengan akurat.
Komet Halley mengorbit Matahari dalam arah yang berlawanan dengan orbit Bumi dan jalurnya miring ke arah Bumi. Hal itu yang membuat komet itu unik di antara objek-objek langit lainnya.
Setiap tahun, ketika Bumi melewati jalur debu yang komet Halley tinggalkan, dapat melihat meteor Orionid yang menyala terang saat partikel tersebut terbakar di atmosfer.
Cara Melihat Hujan Meteor Orionid
Waktu terbaik untuk melihat hujan meteor Orionid adalah antara tengah malam hingga fajar pada 20 dan 21 Oktober.
Untuk mendapatkan pemandangan terbaik, NASA menyarankan pengamat untuk melihat meteor dari sudut 45 hingga 90 derajat dari titik pancar meteor. Sehingga, meteor akan terlihat lebih panjang dan jelas.
Berikut beberapa tips untuk melihat hujan meteor Orionid:
1. Cari lokasi yang gelap – Sebaiknya hindari area yang terkena polusi cahaya seperti di kota besar. Pergilah ke tempat yang jauh dari lampu jalan, seperti di pedesaan atau pegunungan.
2. Siapkan peralatan – Membawa kantong tidur, selimut, atau kursi taman akan membantu tetap nyaman saat mengamati langit malam dalam jangka waktu lama.
3. Arah pandang – Bagi yang berada di Belahan Bumi Utara, arahkan pandangan ke tenggara. Sedangkan bagi yang berada di Belahan Bumi Selatan, perhatikan langit ke arah timur laut.
4. Adaptasi mata – Berikan mata waktu untuk beradaptasi dengan kegelapan. NASA menyarankan sekitar 30 menit dalam gelap untuk mata menyesuaikan diri dan menangkap cahaya meteor yang melintas.
Jika tidak dapat menyaksikan puncak meteor pada 20 atau 21 Oktober, jangan khawatir. Hujan meteor itu akan terus terlihat hingga awal November, meski intensitasnya tidak setinggi saat puncaknya.