Jakarta (Lampost.co) — PSSI berhasil menaturalisasi sejumlah pemain keturunan untuk memperkuat Timnas Indonesia. Namun, ada juga sebagian pemain keturunan menolak untuk menjadi bagian dari Timnas Indonesia karena berbagai pertimbangan.
Poin Penting:
-
PSSI menghadapi tantangan besar dalam meyakinkan pemain keturunan untuk memilih naturalisasi.
-
Pemain keturunan ragu bergabung dengan Timnas Indonesia karena pertimbangan karier internasional.
-
Proyek naturalisasi membutuhkan pendekatan yang lebih empatik dan manusiawi.
Para pemain keturunan seperti Jay Idzes, Thom Haye, Shayne Pattynama, Rafael Struick, dan Mees Hilgers kini menjadi andalan serta tumpuan masa depan skuad Merah Putih. Belum ada tambahan pemain naturalisasi baru, seperti Dean James, Joey Pelupessy, Emil Audero, dan Ole Romeny.
Fakta Mengejutkan
Namun, di balik keberhasilan tersebut, muncul fenomena yang jarang dibicarakan: ada juga pemain keturunan yang memilih untuk tidak bergabung, bahkan menolak tawaran naturalisasi dari PSSI. Pertanyaan pun muncul, mengapa hal ini terjadi? Anggota Exco PSSI Arya Sinulingga blak-blakan mengungkapkan alasan penolakan pemain keturunan bergabung Timnas Indonesia.
Baca juga: PSSI Buka Suara soal Proses Naturalisasi Mauro Zijlstra
Pertimbangan Karier
Menurut Arya, banyak pemain keturunan yang masih memegang harapan besar untuk bisa bergabung dengan tim nasional negara asal mereka di Eropa, seperti Belanda, Jerman, atau Inggris. Pemain-pemain muda tersebut mempertimbangkan risiko besar apabila mereka memilih untuk naturalisasi dan membela Timnas Indonesia. “Saya tidak bisa lagi bermain bersama timnas negara asal jika menerima bergabung dengan Timnas Indonesia. Selain itu, mereka lebih berpikir soal masa depan kariernya,” ujar Arya.
Bagi pemain keturunan yang masih muda dan berpeluang menembus skuad timnas Eropa, tawaran naturalisasi Indonesia menjadi pilihan yang sangat berat. Arya juga mengingatkan agar publik tidak mudah menghakimi keputusan para pemain tersebut. “Ini bukan masalah isu nasionalisme atau cinta Tanah Air jadi jangan mengaitkannya. Ini soal pilihan hidup mereka,” kata Arya.
Tantangan Tidak Mudah
Itu menjadi bukti bukan perkara mudah dalam menjalankan proyek. Proses ini membutuhkan pendekatan yang lebih manusiawi, cerdas, dan empatik agar para pemain keturunan benar-benar yakin untuk menjatuhkan pilihan mereka kepada Timnas Indonesia.
Keputusan para pemain keturunan ini tidak hanya dilandasi rasa cinta Tanah Air yang harus masyarakat mengertri. Banyak faktor yang memengaruhi keputusan mereka, seperti peluang berkarier di level internasional dan masa depan timnas negara asal mereka. Oleh karena itu, harus menghargai keputusan mereka dan tidak menghakimi dengan cara yang salah.
PSSI Terus Berusaha
Meski tantangan besar mengadang, PSSI tidak berhenti berusaha. Upaya mendatangkan pemain berkualitas terus dilakukan.
Sorotan kini mengarah ke Pascal Struijk, bek Leeds United yang baru saja membawa klubnya promosi ke Premier League. Saat ini kabarnya sedang ada pendekatan antara PSSI dan Struijk.
Jika jadi bergabung Timnas Indonesia, akan menjadi kabar yang menggembirakan. Kehadirannya bakal menjadi amunisi baru dalam melakoni laga melawan China dan Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Juni nanti.
Pemain Lokal dan Diaspora
Membuka keran bagi pemain pemain keturunan atau diaspora untuk membela Timnas Indonesia merupakan langkah berani PSSI tanpa meninggalkan talenta lokal. Namun, perlu perjuangan yang keras untuk mewujudkan impian besar tersebut.
Penolakan atau menunda tawaran untuk membela Timnas Indonesia dari sebagian pemain keturunan menjadi tantangan bagi PSSI.