Manchester (Lampost.co) – Manchester City bersama Pep Guardiola tengah berada dalam situasi sulit nama enam laga terakhir di berbagai kompetisi. Tim asuhan Pep Guardiola harus menghadapi kenyataan pahit setelah menelan lima kekalahan dan satu hasil imbang beruntun di berbagai kompetisi.
Situasi yang jarang terjadi bagi tim juara bertahan Liga Champions ini. Manchester City hanya mampu mencetak empat gol dan kebobolan 14 gol di lima laga terakhir.
Hasil buruk itu mengancam posisi mereka di Liga Champions dan berdampak pada perjalanan di kompetisi domestik.
City saat itu tersingkir dari Piala Liga, tertinggal delapan poin dari Liverpool di Liga Inggris, dan berada di peringkat ke-10 klasemen Liga Champions.
Dalam konferensi pers jelang pertandingan melawan Feyenoord, Rabu (27/11) dini hari WIB, Guardiola mengungkapkan penyebab kondisi itu. Dia menilai absennya pemain-pemain kunci menjadi alasan utama di balik performa buruk timnya.
“Empat bek kami saat ini tidak dalam kondisi siaga, mereka masih belum siap. Pemain utama untuk urusan transisi, Rodri, juga sedang tak ada,” ujar Guardiola.
Guardiola menjelaskan absennya pemain bertahan membuat tim kehilangan stabilitas dalam permainan.
“Saya harus memilih menempatkan Manuel Akanji dan John Stones sebagai gelandang bertahan. Lalu Ruben Dias di belakang bersama Nathan Ake, juga Josko Gvardiol. Dengan begitu kami lebih stabil. Namun kami tak memiliki kondisi itu saat ini,” kata Guardiola
Guardiola berusaha menjaga ketenangan meski menghadapi tekanan besar. Ia percaya pendekatan sabar dan tidak berlebihan dalam menganalisis situasi bisa membantu tim keluar dari fase sulit itu.
“Saya belajar dari pengalaman ketika situasi seperti ini tiba, tetap tenang. Jangan membuat terlalu banyak analisis karena hal itu akan jadi salah,” ujar dia.
Ia juga mengakui berteriak kepada pemain setelah kekalahan terkadang bukan solusi terbaik. “Terkadang setelah kekalahan, saya berteriak pada tim dan di pagi harinya saya berpikir, ‘Mengapa saya melakukan itu?’ Saya harus lebih rileks.”