Bandar Lampung (Lampost.co) – Mundurnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar dugaannya karena adanya intervensi dari pihak eksternalqq. Alasan yang tersampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga sekaligus politikus Partai Golkar Dito Ariotejo bahwa Airlangga ingin fokus pada pemerintahan, rasanya kurang meyakinkan.
Peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli berpendapat. Jika memang ingin fokus pada pemerintahan Presiden Joko Widodo., Airlangga mestinya sudah mundur sebagai pucuk pimpinan Golkar sejak menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Sementara itu, berdasarkan keterangan yang beredar. Airlangga menyatakan sudah mundur sejak Sabtu, 10 Agustus 2024 malam. Artinya, ia mengundurkan diri sebagai Ketum Golkar dua bulan sebelum masa jabatan Jokowi berakhir.
Baca Juga :
https://lampost.co/pemilu/mundurnya-airlangga-bisa-mengubah-peta-koalisi-pilkada/
Kemudian Lili mengatakan, spekulasi mengenai alasan mundurnya Airlangga sangat beragam. Salah satu yang mencuat adalah adanya desakan agar Airlangga mundur sejak lama. Karena gagal mengemban hasil Musyawarah Nasional untuk mengusung capres atau cawapres dari kader partai pada Pilpres 2024.
“Namun demikian, meski gagal mengemban tugas tersebut, suara Golkar pada Pemilu 2024 naik secara signifikan. Jadi mestinya Airlangga dianggap sebagai Ketum yang sukses. Apalagi mengantarkan Golkar sebagai kekuatan politik kedua pada DPR setelah PDI-Perjuangan,” jelas Lili.
Eksternal
Kemudian menurut Lili, alasan lain yang masuk akal adalah desakan dari eksternal agar mengundurkan diri. Ia menduga, Airlangga bisa saja diganti oleh kader lainnya. Yakni Bahlil Lahadalia yang saat ini menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
“Saya kira jika isu yang terakhir ini benar adanya, ternyata Golkar juga partai yang mudah terintervensi. Padahal berdasarkan beberapa kajian, Golkar termasuk partai yang kuat pelembagaannya dan otonom,” pungkas Lili.
Selanjutnya dalam pernyataannya yang beredar. Airlangga menyebut pengundurannya untuk menjaga keutuhan Golkar. Dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan datang.
Kemudian ia mengklaim Golkar sudah menjadi kekuatan terdepan demokrasi Indonesia. Pada Pemilu 2024, partainya telah meraih 102 kursi DPR RI.
“Selain itu dalam pilpres yang lalu kita berhasil memberikan kontribusi besar. Dalam kemenangan pasangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka,” katanya.