nya BANJIR merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), beberapa daerah di Indonesia memiliki potensi banjir yang tinggi, terutama pada Maret, April, dan Mei 2025 ini. atasi banjir
Beberapa penyebab banjir di Indonesia antara lain karena curah hujan yang tinggi yang dapat menyebabkan banjir, terutama di daerah yang memiliki topografi yang rendah.
Kemudian karena kerusakan lingkungan, seperti penebangan hutan dan perubahan lahan yang dapat meningkatkan risiko banjir. Serta infrastruktur yang kurang seperti sistem drainase yang tidak memadai yang dapat menyebabkan banjir.
Beberapa waktu lalu sejumlah daerah di Lampung dilanda bencana banjir akibat hujan turun dengan intensitas tinggi. Kota Bandar Lampung menjadi salah satu daerah yang terdampak dari banjir ini.
Banyak rumah-rumah warga yang tergenang air banjir. Selain itu, banjir juga kerap menghanyutkan perabotan rumah tangga dan merusak alat-alat elektronik di rumah warga. Sehingga membuat masyarakat jadi korban dari banjir ini dan merasa dirugikan akibat bencana alam ini.
Peristiwa banjir ini pun sepertinya rutin terjadi setiap tahun, apalagi ketika musim hujan dengan intensitas hujan yang tinggi.
Untuk itu perlu langkah nyata dan strategis untuk mengatasi bencana yang kerap menghantui masyarakat setiap datangnya hujan, apalagi ketika hujan turun dengan derasnya.
Pemkot Bandar Lampung pun menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pesawaran untuk pembuatan embung guna mengantisipasi banjir. Kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi risiko banjir dalam jangka panjang.
Pemerintah kota akan segera membuat embung di wilayah perbatasan Bandar Lampung dengan Kabupaten Pesawaran.
Pemerintah pun diminta untuk meninggikan sejumlah talud di sepanjang sungai.
Untuk pembuatan embung ini tidak hanya di wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran saja. Tetapi juga di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lampung Selatan.
Dalam upaya pembuatan embung tersebut diperlukan koordinasi lebih lanjut dengan Kabupaten Pesawaran dan Lampung Selatan untuk menyusun rencana yang lebih komprehensif.
Selain itu, banyaknya pemukiman yang tumbuh di daerah tertentu mengurangi wilayah tangkapan air. Kemudian kurangnya pohon yang mampu menahan run off air di wilayah hulu juga menyebabkan masalah. Kurangnya ruang terbuka hijau menjadi salah satu sebab terjadinya banjir. Sehingga masalah ini pun harus jadi pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah.
Kemudian sistem drainase yang tidak mampu menampung debit air besar juga menjadi masalah. Kemudian lagi dengan banyaknya sampah serta sedimen tanah, pasir, lumpur, dan batu di sungai dan drainase yang menghambat aliran air. Selanjutkonektivitas antardrainase yang belum terpadu juga memperburuk situasi.
Untuk itu drainase juga harus melakukan pembenahan dengan cara memperlebar dimensi dan memperdalamnya, namun tetap memperhatikan kontur alur. Pemerintah pun diminta untuk meninggikan sejumlah talud di sepanjang sungai.
Kolaborasi antarinstansi pemerintah dan stakeholder terkait bersama masyarakat perlu dilakukan.
Sehingga untuk mengurangi risiko banjir, perlu upaya-upaya seperti penghijauan lahan yang dapat membantu menyerap air hujan dan mengurangi risiko banjir.
Membangun infrastruktur yang memadai seperti sistem drainase yang dapat membantu mengurangi risiko banjir.
Serta mengedukasi masyarakat tentang risiko banjir dan cara-cara menguranginya yang dapat membantu mengurangi dampak banjir.
Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, terutama terkait sampah. Dan memberikan pemahaman tentang risiko tinggal di lereng atau bantaran sungai.
Sehingga dalam penanganan banjir ini memerlukan kerja sama dari semua pihak. Kolaborasi antarinstansi pemerintah dan stakeholder terkait bersama masyarakat perlu berjalan. Kolaborasi ini pun sangat perlu untuk melahirkan kebijakan dan berbagai langkah dalam memitigasi bencana banjir. Sehingga secara bertahap bencana banjir ini bisa kita atasi dengan baik.